Sejarah Bulu Tangkis Indonesia hingga Tradisi Juara

Sejarah Bulu Tangkis Indonesia hingga Tradisi Juara

Tim detikJatim - detikJatim
Kamis, 23 Jun 2022 19:45 WIB
Susi Susanti of Indonesia serves to Misako Mizui of Japan during their first round Uber Cup badminton game here 16 May.  Susanti won the match 11-3, 11-5.           AFP PHOTO/Thomas CHENG / AFP PHOTO / TOMMY CHENG
Susy Susanti/Foto: AFP PHOTO / TOMMY CHENG
Surabaya -

Di tahun 1930-an, bulu tangkis masuk ke Indonesia. Waktu itu negara tercinta bernama Hindia Belanda karena masih di bawah pendudukan Negara Kincir Angin.

Beberapa tahun berselang, muncul dua organisasi bulu tangkis di Indonesia. Namanya Bataviase Badminton Bond dan Bataviase Badminton League.

Waktu itu, kejuaraan bulu tangkis juga mulai digelar di Pulau Jawa. Biasanya dihelat di Kota Bandung, Jawa barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin hari, bulu tangkis semakin semarak di Tanah Air. Semakin berkembang dan semakin banyak peminatnya.

Sehingga lahir Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada 1951. Kemudian kongres perdana digelar. Ada banyak hal yang didiskusikan. Mulai dari aturan hingga tujuan bulu tangkis.

ADVERTISEMENT

Kepopuleran bulu tangkis di Tanah Air berbanding lurus dengan munculnya pebulu tangkis yang andal. Seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Tan Joe Hok, Christian Hadinata, Alan Budi Kusuma dan Susi Suanti.

Rudi Hartono menyabet medali emas di Olimpiade 1972 yang digelar di Munich, Jerman. Ia tampil di nomor tunggal putra. Di ajang dan tahun yang sama, Ade Chandra dan Christian Hadinata juga menyabet medali emas. Namun di tahun itu, bulu tangkis masih menjadi cabor eksibisi.

Lalu di Olimpiade 1992 Barcelona, Susi Susanti dan Alan Budikusuma mengawinkan dua medali emas. Dua medali itu dari nomor tunggal putra dan tunggal putri. Di Olimpiade 1992, bulu tangkis sudah resmi dipertandingkan.

Empat tahun berselang atau di Olimpiade 1996 Atlanta, giliran Rexy Mainaky dan Ricky Subagja yang menyumbangkan emas untuk Indonesia. Mereka tampil moncer di nomor ganda putra.

Tony Gunawan dan Candra Wijaya meneruskan tradisi juara. Mereka meraih emas di Olimpiade 2000 yang dihelat di Sydney, Australia.

Pada 2004, Taufik Hidayat yang meraih emas di Olimpiade. Pesta olahraga dunia itu digelar di Athena, Yunani.

Hendra Setiawan dan Markis Kido juga bisa meneruskan tradisi juara. Mereka meraih emas di Olimpiade 2008 yang dihelat di Beijing, China.

Namun sayang, di Olimpiade 2012, Indonesia gagal membawa pulang medali emas dari London, Inggris. Tradisi juara kembali dilanjutkan di Olimpiade 2016 yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil. Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir menyabet medali emas dari nomor ganda campuran.

Terakhir, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang mengharumkan Indonesia di Olimpiade 2020. Pasangan ganda putri itu membawa pulang medali emas dari Tokyo, Jepang.

Greysia Polii menjalani momen penting di Istora Gelora Bung Karno, Minggu (12/6/2022). Di sana, Greysia resmi gantung raket.

"Perjalanan panjang dan btuh 30 tahun dan itu tak lepas dukungan masyarakat, keluarga, saya betul-betul berterima kasih," tutur Greysia.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Ganda Malaysia Dibuat Kacau dengan Gemuruh Istora Senayan"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads