Penjelasan Menkes Soal Kasus Baru COVID-19 Tembus Seribu Hari Ini

Penjelasan Menkes Soal Kasus Baru COVID-19 Tembus Seribu Hari Ini

Tim detikHealth - detikJatim
Rabu, 15 Jun 2022 20:33 WIB
coronavirus COVID-19 virus patient having fever, epidemic, doctor and nurse in uniform working medicine care at hospital to protection prevention and vaccination quarantine technology
Ilustrasi pasien COVID-19 (Foto: Getty Images/iStockphoto/greenleaf123)
Jakarta -

Indonesia kembali menghadapi kenaikan kasus baru COVID-19. Kenaikan ini berbarengan dengan masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Pada Rabu (15/6/2022), tercatat ada 1.242 kasus baru COVID-19. Catatan ini tertinggi sejak 15 April 2022.

Kementerian Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut, puncak kedua subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan tiba di minggu kedua atau ketiga Juli 2022. Pihaknya juga menyebut bahwa kenaikan ini tidak akan separah gelombang varian Delta dan Omicron (BA.1).

Berdasarkan catatan detikHealth, puncak gelombang varian Delta diyakini terjadi pada 15 Juli 2021 dengan total 56.757 kasus dalam sehari. Sedangkan puncak gelombang Omicron tidak pernah secara tegas dideklarasikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam beberapa kesempatan, Satgas COVID-19 menyebut puncak gelombang Omicron terjadi pada 20 Februari 2022, ketika jumlah kasus harian mulai menurun. Pada tanggal tersebut, tercatat ada 48.484 kasus dengan rata-rata dalam 7 hari sebesar 55.675 kasus. Namun jika dilihat dari kasus harian, angka tertinggi dicapai pada 16 Februari 2022 dengan 64.718 kasus dalam sehari.

"Memang di beberapa negara dunia mengalami kenaikan kasus dan konsisten penyebabnya adalah varian baru BA.4 dan BA.5. Kami juga mengamati khususnya di Afrika Selatan di mana varian BA.4 dan BA.5 ini pertama kali teridentifikasi dan hasil pengamatan kami bahwa puncak dari penularan varian BA.4 dan BA.5 ini sekitar sepertiga dari puncak Delta dan Omicron," terangnya dalam siaran langsung 'Keterangan Pers Menteri Terkait Rapat Terbatas Evaluasi PPKM', Senin (13/6/2022).

ADVERTISEMENT

"Kasus hospitalisasinya juga sepertiga dari kasus hospitalisasi Delta dan Omicron. Sedangkan kasus kematiannya sepersepuluh dari kasus kematian Delta dan Omicron," sambung Menkes.

Di sisi lain, juru bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahri juga memaparkan hal yang serupa. Menurutnya, prediksi puncaknya akan tiba pada pertengahan Juli mendatang.

"Subvarian baru ini lebih ringan gejalanya yang timbul berdasarkan laporan dari negara-negara yang sudah melaporkan. Kenaikan kasus bisa terjadi seperti prediksi Bapak Menteri Kesehatan mungkin di pertengahan Juli," ujarnya dalam siaran langsung agenda daring, Rabu (15/6).

Meskipun demikian, ia menyebut masyarakat tidak perlu panik menyikapi kenaikan kasus COVID-19 kali ini. Pasalnya bercermin pada pengalaman sebelumnya, Indonesia sudah pernah melalui gelombang COVID-19 varian Delta dan Omicron. Hal terpenting adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dan segera mendapatkan vaksinasi COVID-19.

"Kita akan antisipasi dan tidak terlalu panik, karena kita punya pengalaman di lonjakan Delta dan lonjakan Omicron itu naik semua. Apalagi sekarang kita jauh lebih ringan gejalanya, jadi nanti masyarakat tidak perlu panik, tidak perlu bingung, tidak usah galau, tidak usah cemas," beber Syahril.

"Kenaikan itu bisa terjadi karena mutasi virus ini bisa menyebabkan kenaikan kasus, cuma kita bisa melakukan mitigasi risiko yang terjadi," pungkasnya.




(hse/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads