Para sopir angkot di Kota Malang menyadari betapa sulitnya mencari penumpang saat ini. Tak jarang, hasil 'narik' angkot selama sebulan belum tentu tersisa untuk biaya perbaikan mobil di bengkel.
Untuk mengatasi biaya perbaikan di bengkel, para sopir angkot di Terminal Arjosari punya siasat agar tidak sampai tekor. Perbaikan angkot pun dilakukan di terminal dibantu sopir-sopir lainnya.
"Kalau ada yang rusak, angkot dibawa ke sini diperbaiki di sini bersama-sama. Jadi banyak sopir yang mulai mengerti masalah mesin dan sebagainya. Itu juga supaya tidak banyak biaya yang dikeluarkan," kata Pak Brewok, salah satu sopir Angkot AMG.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pak Brewok (65) yang tinggal di kawasan Tanjung, Kota Malang telah menjadi sopir angkot sejak 1993 silam. Saat ini ia mengoperasikan angkot Arjosari-Mergosono-Gadang (AMG) yang bukan miliknya sendiri.
Menurut Pak Brewok mencari penumpang hingga angkot penuh saat ini sangat sulit. Berbeda dengan era 1998 saat angkot masih jadi primadona transportasi bagi masyarakat. Kala itu mencari penumpang relatif sangat mudah.
"Dulu tahun 1998, ramai antrian angkot di sini (Terminal Arjosari), dari semua trayek. Dan penumpang juga banyak naik dari sini. Sekarang lihat, berapa angkot yang ada di sini? Mana ada penumpang jika kondisi terminalnya kayak begini," ujarnya.
Sekarang, bila dalam sekali perjalanan pulang pergi (PP) untuk trayek Terminal Arjosari-Terminal Gadang mendapat sisa uang Rp 20 ribu, Pak Brewok mengaku sudah sangat luar biasa. Karena memang sangat jarang terjadi.
"Saya ini kan, enggak bisa ngetem. Lebih memilih cari penumpang dari terminal. Biasanya dari sini (Terminal Arjosari) dapat penumpang dua, saya mulai jalan. Penumpang turun bayar Rp 5 ribu, ada yang simpati bayar Rp 10 ribu. Akhirnya kalau satu PP (pulang-pergi) dapat Rp 40 ribu saja, bensinnya Rp 20 ribu. Berarti untuk mobilnya Rp 20 ribu. Tapi itu jarang," ceritanya.
Dalam sehari Pak Brewok hanya mampu menarik antara tiga hingga empat kali PP. Sementara kebutuhan BBM untuk sekali perjalanan pulang-pergi sebesar Rp 20 ribu. Andai satu perjalanan itu hanya mampu mengantongi uang dari penumpang sebanyak Rp 30 ribu, maka yang tersisa hanya Rp 10 ribu.
![]() |
"Saya maksimal tiga sampai empat PP setiap hari. Satu PP butuh BBM Rp 20 ribu. Kalau satu PP hanya dapat Rp 30 ribu, berarti hanya sisa Rp 10 ribu. Nanti jalan terus sampai empat PP, ya mungkin Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu masih dapat," tuturnya.
Pria yang akrab disapa Pak Brewok itu harus berjuang agar bisa mendapatkan sisa dari penghasilan menarik angkot. Jumlahnya pun tak banyak karena harus dibagi dengan setoran dan pembelian BBM.
"Setelah kebutuhan bensin terpenuhi. Baru mikir untuk setoran dan itu relatif. Sisanya lagi baru kita bawa pulang. Jumlahnya gak banyak kadang hanya Rp 20 ribu," ujarnya.
Saat detikJatim mengunjungi Terminal Arjosari lokasi antrean angkot yang disediakan Dinas Perhubungan Kota Malang ada di sisi paling selatan. Tak banyak angkot yang ada di sana. Bahkan ada angkot yang dibiarkan mangkrak.
Di masa kejayaannya, jumlah armada angkot di Kota Malang cukup banyak. Sekarang menyusut dibawah 50 persen saja yang aktif beroperasi.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Malang, jumlah armada angkot saat ini tinggal 525 unit, mereka beroperasi untuk 16 trayek. Salah satunya AMG.
"Sekarang trayek yang masih aktif hanya 16 dari sebelumnya 25 trayek dengan jumlah armada sekitar 525 kendaraan," kata Kepala Seksi Angkutan Dalam Trayek Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Malang, Jose Manuel Belo.
Belo mengatakan, Terminal Arjosari terbagi menjadi dua bagian yakni terminal tipe A dan tipe C. Untuk tipe A diperuntukkan bagi armada bus dan tipe C untuk angkutan kota.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dirjen Perhubungan Darat terkait Terminal Arjosari agar terjadi sinkronisasi dalam pengelolaan dan pembangunan terminal.
"Sehingga ketika penumpang turun dari bus, bisa diarahkan untuk ke lokasi terminal C. Supaya mereka bisa diangkut oleh angkutan kota. Jangan sampai turun lagi di jalan, atau sebelum masuk terminal. Ke depan akan kami perbaiki, saat ini sedang dilakukan kajian-kajian," katanya.
(dpe/fat)