Bedanya Film KKN Desa Penari dengan Cerita Pemdes Bayu Banyuwangi

Round-up

Bedanya Film KKN Desa Penari dengan Cerita Pemdes Bayu Banyuwangi

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 25 Mei 2022 07:15 WIB
Kades Bayu, Sugito menyebut, lokasi KKN Desa Penari berada di kawasan Rowo Bayu Banyuwangi. Apa buktinya?
Jalan menuju Darungan/Foto: Ardian Fanani/detikJatim
Surabaya -

Kaur Kesra Desa Bayu, Sriyanto memastikan, kisah di film KKN Desa Penari terjadi di desanya. Meski demikian, ada perbedaan yang mencolok antara kisah di film dengan cerita Sriyanto.

Cerita di film KKN Desa Penari diangkat dari novel yang ditulis oleh Simpleman. Sepintas, kisah nyata tersebut menceritakan KKN yang berujung tragedi. Di mana Ayu dan Bima meninggal setelah bersekutu atau terjebak dalam bisikan setan hingga terjadi perzinaan.

Sementara Wahyu dan Widya mengalami kisah mistis yang berbeda. Mereka singgah di kampung gaib yang kemudian disebut Desa Penari. Di desa itu, mereka menikmati hidangan yang lezat dan suguhan tari-tarian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian mereka mendapat bingkisan dari Desa Penari. Namun saat dibuka bersama teman-temannya yang lain, bungkusan itu ternyata berisi kepala kera. Artinya, mahasiswa-mahasiswi yang meninggal berbeda dengan yang singgah di Desa Penari.

Sementara Sriyanto berkisah, pada 2009 ada 11 mahasiswa dari Surabaya yang menggelar KKN di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Selama KKN mereka tinggal di balai desa.

ADVERTISEMENT

Sebagai salah satu petugas desa, kala itu Sriyanto cukup memperhatikan kegiatan KKN tersebut. Terlebih, rumahnya tak jauh dari balai desa. Menurut Sriyanto, pada suatu hari, peserta KKN penasaran dengan keindahan Rowo Bayu. Mereka kemudian mengunjungi tempat wisata itu.

"Awalnya mau lihat Rowo Bayu. Terus namanya orang pencinta alam, mereka langsung ke Darungan. Wilayah perkebunan Bayu Lor," kata Sriyanto kepada detikJatim, Senin (23/5/2022).

Darungan atau Pendarungan merupakan kampung 'hilang' atau kampung mati. Jaraknya sekitar 2 km dari Rowo Bayu. Disebut kampung hilang karena saat ini kampung tersebut tinggal menyisakan sejumlah bangunan rumah yang kosong. Para pekerja perkebunan yang sebelumnya menghuni rumah-rumah tersebut, sudah pindah sejak tahun 2000-an.

Menjelang sore, mereka kembali dari Darungan ke Balai Desa Bayu. Namun ada sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang memilih bertahan di Darungan. Menurut Sriyanto, mereka masih ingin menikmati alam sekitar. Namun ada juga yang berkisah, dua muda-mudi itu melakukan perbuatan tak senonoh di Darungan.

Mereka berdua pulang saat matahari sudah tenggelam. Di tengah perjalanan pulang, mereka mendapat tawaran untuk mampir ke rumah seseorang. Sepasang mahasiswa dan mahasiswi itu menerima tawaran tersebut. Dari sini, cerita mistis mereka dimulai.

"Begitu mereka masuk rumah tersebut, mereka seperti masuk istana. Ada rajanya, ada dayang-dayangnya, disuguhi tari-tarian, gamelannya lengkap. Sambil menikmati hidangan, sambil menikmati tari-tarian. Wis layaknya kerajaan gitu," papar Sriyanto.

Sriyanto melanjutkan ceritanya. Setelah menyantap jamuan dan suguhan tari-tarian, mereka izin pulang ke tuan rumah. Lalu dua mahasiswa-mahasiswi itu diberi bekal untuk disantap dalam perjalanan pulang atau ketika sampai Balai Desa Bayu.

Namun saat bungkusan itu dibuka di tengah perjalanan pulang, mereka terkejut. Sebab isinya kepala kera. Mereka mempertanyakan tempat yang sebelumnya disinggahi. Yang ternyata tempat gaib yang kemudian kini disebut sebagai Desa Penari.

"Mereka terkejut. Padahal waktu di pesta tadi, mereka merasa suguhan daging ya daging beneran. Nasi ya nasi beneran. Akhirnya pikiran mereka terganggu," terangnya.

Sampai di Balai Desa Bayu, sepasang mahasiswa dan mahasiswi itu bercerita kepada teman-temannya soal apa yang terjadi. Kemudian cerita mistis itu sampai ke petugas desa. Sriyanto menambahkan, setelah mengalami kisah mistis itu, dua mahasiswa-mahasiswi itu sakit. Mereka lalu dibawa pulang ke Surabaya 5 hari kemudian, karena sakitnya tak kunjung sembuh. KKN tersebut tidak dituntaskan oleh mereka.

Beberapa bulan berselang, Sriyanto mendapat kabar bahwa dua mahasiswa-mahasiswi yang sakit itu telah meninggal. Itu artinya, mahasiswa-mahasiswi yang meninggal sama dengan yang singgah di Desa Penari.




(sun/sun)


Hide Ads