Film KKN di Desa Penari membuat sejumlah masyarakat penasaran dengan lokasi kisah nyata tersebut. Rowo Bayu Banyuwangi disebut-sebut sebagai lokasi KKN tersebut.
Pada 2019, detikJatim sempat menelusuri tempat yang diduga lokasi KKN Desa Penari, di sekitar Rowo Bayu Banyuwangi. Penelusuran pun sampai ke lokasi kampung 'hilang'. Kampung tersebut yakni bekas perkampungan Darungan atau Pendarungan yang lokasinya 2 kilometer dari Rowo Bayu Banyuwangi.
Kampung ini meninggalkan sejumlah hal diduga berbau mistis. Banyak peninggalan yang dianggap merujuk pada cerita horor KKN Desa Penari. Saat memasuki perkampungan dengan rumah berderet itu, detikJatim dihadapkan pada sebuah ruangan mirip dengan ruangan terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ruangan tersebut mirip dengan sanggar tari. Dengan atap seng dan kayu tua sebagai penyangga. Selain itu, terdapat tembok yang ada di sisi sebelah barat.
Di tembok itu terdapat goresan arang yang menggambarkan kisah seperti di dalam cerita horor KKN Desa Penari. Coretan menggambarkan dua sejoli yang berhubungan intim. Kemudian di samping gambar itu terdapat gambar ular yang menghadap dua sejoli itu. Kemudian ada gambar pria mengenakan udeng dengan kumis tebal.
Semua itu diduga mirip dengan penggambaran cerita KKN Desa Penari. Dua sejoli, yang diperankan Ayu dan Bima, telah melakukan hal-hal yang melanggar norma desa. Termasuk soal siluman ular yang memantau dan mengancam keduanya. Sementara itu, sosok laki-laki memakai ikat kepala itu bisa diartikan sebagai Pak Prabu, tokoh desa di kisah mistis berujung tragedi itu.
Di ruangan yang lain terdapat gambar-gambar coretan arang yang melukiskan dua orang wanita telanjang dengan dilengkapi tulisan 'cewek'. Selain itu, ada gambar wajah wanita berkerudung. Ada pula coretan-coretan kata di sana. Salah satunya adalah 'Karti, rupane seperti Gondoruwo'.
"Kalau dilihat, gambar ini baru, tapi tidak terlalu baru. Mungkin dibuat satu-dua tahunan. Buktinya, arangnya terlihat jika dicolek masih membekas. Kalau dibuat baru, sepertinya tidak," ujar Yusuf, salah satu warga Banyuwangi yang mengunjungi lokasi itu karena penasaran, Rabu (4/9/2019).
Tak hanya itu, detikJatim juga menemukan kalender tahun 2009. Kalender itu merupakan kalender kampanye salah satu calon anggota legislatif. Caleg tersebut bernama Syaiful Bahri Anshori dari Partai Golkar nomor urut 6. Kala itu Golkar memiliki nomor urut 23.
![]() |
detikJatim juga menemukan bungkusan mi instan dan kopi instan yang tergeletak di sudut ruangan rumah yang ditinggal warganya. Dalam bungkusan itu tertera tahun 2010 sebagai batas kedaluwarsa.
Sayang, tidak ada stiker nama perguruan tinggi di sana. Hanya stiker partai dan sensus penduduk yang tertera pada dinding dan kaca rumah kosong tersebut.
Rowo Bayu Banyuwangi kembali menjadi perbincangan setelah film 'KKN di Desa Penari' tayang. Rowo Bayu disebut-sebut sebagai lokasi KKN tersebut.
Dugaan itu semakin kencang berembus, salah satunya setelah Menteri BUMN Erick Thohir mewawancara Sudirman, yang disebut-sebut sebagai pengelola Wisata Rowo Bayu.
Kepada Erick, Sudirman menceritakan bahwa tragedi 'KKN Desa Penari' terjadi di sekitar Rowo Bayu. Dalam wawancara itu, ia juga menunjukkan sejumlah foto soal titik-titik yang ada di kegiatan KKN itu.
"Itu cerita yang sesungguhnya dari versi Kepala Desa Bayu. KKN-nya tahun berapa, tanggal berapa, semuanya tercatat," kata Sudirman dalam video yang dilihat detikJatim, Rabu (18/5/2022).
![]() |
Pada 2019, akun Twitter @SimpleM81378523 bercerita, ada enam mahasiswa-mahasiswi yang menggelar KKN di Kota B, Jawa Timur pada 2009 akhir. Mereka merupakan mahasiswa-mahasiswi angkatan 2005/2006 dari sebuah perguruan tinggi di Kota S.
Enam calon sarjana yang menggelar KKN tersebut yakni Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton dan Bima. Dua di antaranya meninggal setelah melewati seabrek hal mistis di tempat KKN tersebut.
Setelah kisah mistis itu viral, banyak orang yang berspekulasi dan melakukan penelusuran mengenai tempat 'KKN Desa Penari' itu berlangsung. Kisah itu kemudian dibukukan dan difilmkan. Saat ini filmnya tengah tayang dan menyedot banyak penonton.
(hil/sun)