Proyek tembok avoer sepanjang 100 meter di Mojokampung, Bojonegoro ambruk. Hingga saat ini belum ada perbaikan yang serius dari dinas terkait.
Pantauan di lokasi, tampak ada tiga pekerja yang melakukan perbaikan di sisi luar avoer. Namun perbaikan itu memadatkan pondasi dengan tanah liat dan ala kadarnya saja.
"Disuruh memadatkan pondasi oleh teman yang katanya ikut proyek ini," ujar salah satu pekerja Jumat (13/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Bojonegoro, Erick Firdaus saat dikonfirmasi mengaku tak tahu menahu terkait perbaikan avoer. Ia kemudian merekomendasikan ke kabid operasional SDA.
"Waduh kalau masalah itu silahkan tanya ke Kabid saja. Yang tau detailnya. Mungkin itu tanah masih milik SDA," ujar Erick, Jumat (13/5/2022).
Terpisah, Kabid operasional SDA, David juga mengaku enggan memberi komentar lebih lanjut terkait perbaikan avoer yang ambruk. Ini karena ia tak mengetahui terkait tanah untuk pemadatan.
"Mohon maaf saya ndak hafal RAB-nya. Tapi coba nanti saya lihatnya. Terkait tanah untuk pemadatannya nanti saya cek juga di lokasi," tutur David.
David hanya menjelaskan bahwa avoer yang ambruk yakni sepanjang 100 meter dari 460 meter. Sedangkan ketinggiannya 2 meter.
"Kalau panjangnya sekitar 460 meter lari. Tingginya sekitar 2 meter. Yang ambruk 100 meter lebih," tandas David.
Sebelumnya, proyek tembok avoer di Mojokampung, Bojonegoro ambruk. Padahal proyek senilai Rp 1.213. 828.000 baru rampung dikerjakan oleh kontraktor.
Salah satu warga setempat, Toni mengatakan avoer yang ambruk diketahui sejak 4 hari yang lalu. Avoer yang ambruk sepanjang sekitar 100 meter.
"Ambruk sepanjang hampir 100 meter padahal proses pengerjaan baru selesai satu hari sebelum lebaran seingat saya," kata Toni, Kamis(12/5/2022).
(abq/iwd)