Saniti, warga Dusun Seloros, Desa Batoporo Barat, Kedundung, Sampang masih tak percaya keinginannya punya sapi bisa terkabul. Keinginan janda yang hidup sebatang kara itu terwujud pada bulan Ramadan ini.
Keinginan mempunyai sapi ini berawal saat, Saniti mendapat bantuan sembako dari salah satu tokoh masyarakat di desanya bernama Nurul Jadid. Saat itu, Saniti bercanda kalau lebih senang dibantu dengan hewan ternak karena akan punya kesibukan untuk merawat.
"Beneran cuma bercanda, saya hanya mengatakan kalau dikasih sembako dimakan sebulan habis bun. Lalu saya bilang kalau kambing atau sapi itu nggak bakalan habis,"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendengar keinginan Saniti ini, Jadid kemudian kembali lagi dan tanpa disangka memberikan seekor anak sapi. Mengetahui hal ini Saniti mengaku senang dan hampir tak percaya keinginannya terkabul.
"Alhamdulillah. Saya pikir hanya disuruh merawat, waktu orangnya kembali datang membawa anak sapi itu, eh ternyata diberikan sungguhan," ujar Saniti.
Sementara itu Nurul Jadid Mantan kepala desa setempat, membenarkan jika dirinya membelikan seekor anak sapi untuk dipelihara. Jadid mengaku awalnya datang untuk memberikan santunan rutin bulan puasa berupa sembako dan santunan uang tunai kepada warga kurang mampu di dusun tersebut.
"Saat ngobrol itulah ada bahasa nenek yang kelihatannya bercanda, tapi menurut saya itu justru masuk akal. Saya berpikir dengan dibantu ternak tersebut sama halnya dengan memberikannya pekerjaan dan tabungan yang berdampak jangka panjang," tutur Jadid.
Jadid kemudian segera membelikan seekor anak sapi untuk nenek tersebut. Ini karena adanya keinginan dan niat yang sungguh-sungguh. Selain itu sudah ada bekas kandang sapi yang tidak digunakan lagi di samping rumah kecilnya.
"Saya lihat di samping rumahnya itu ada kandang sapi yang sudah lama tidak digunakan lagi, karena sapinya sudah diambil pemiliknya. dan saya lihat orangnya masih mampu untuk merawat seekor anak sapi. Karena kebetulan saya pas ada rejeki makanya saya belikan saja," Jelas Jadid.
Jadid berharap agar sapi tersebut benar benar dirawat sehingga sapi tersebut bisa menjadi sumber penghasilan dan juga pekerjaan bagi Saniti.
"Kalau diberikan uangnya pasti tidak cukup untuk biaya membangun rumah, sehingga saya belikan anak sapi yang lagi murah untuk dirawatnya dengan baik sebab hasilnya juga tergantung ketelatenan yang merawat," tukas Jadid.
Saniti merupakan salah satu warga yang sangat miskin yang luput dari bantuan pemerintah. Di dalam rumahnya hanya terdapat tempat tidur bambu dan sekaligus menjadi dapur tanpa sekat berukuran 3x3 meter.
Dengan kondisi rumah sudah rapuh dan rawan ambruk, ia hanya bisa pasrah melihat dinding gedek yang sudah bolong-bolong bahkan atap genting bocor saat hujan.
Saniti mengaku tidak mampu memperbaiki rumahnya, sebab untuk biaya hidup sehari-hari dia hanya mengandalkan hasil upah buruh tani satu tahun sekali di musim hujan. Selebihnya dirinya hanya menerima bantuan dari tetangganya.
(abq/sun)