Puluhan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Blitar berjalan mundur menuju gedung DRPR Kota Blitar. Gerakan ini merupakan simbol mundurnya demokrasi Indonesia dengan menjebloskan rakyat ke masalah ekonomi krusial.
Massa HMI dibatasi tali rafia merah berjalan mundur dengan satu komando. Sambil membawa bendera HMI, massa juga membentangkan spanduk bertuliskan "Jalan Mundur Demokrasi!!!."
"Maaf bapak ibu dosen, hari ini kami izin tidak masuk kampus. Kami harus berjuang, berjalan mundur untuk mundurnya demokrasi negeri ini," kata salah seorang orator perempuan, Senin (11/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari atas pikap, satu komando terus diteriakkan agar massa tetap tertib. Tidak terprovokasi orasi di bawah terik matahari, yang siang ini sangat menyengat. Tiba di depan gedung dewan, korlap aksi mulai berorasi.
Di antara materi orasi, adalah tuntutan massa ingin dewan menyampaikan aspirasi pemerintah pusat untuk menurunkan harga minyak dan BBM. Dan menjamin ketersediaan stok pangan dan BBM dengan harga murah. Di sela tuntutan itu, massa juga meneriakkan menolak penundaan Pemilu dan Presiden tiga periode.
Suara mahasiswa ingin, agar wakil rakyat Kota Blitar secara massif dan maksimal memperjuangkan nasib rakyat. Tidak hanya memikirkan rakyat ketika ada kepentingan dengan partai mereka.
"Wahau rakyat, kami turun ke jalan memperjuangkan nasib kita yang dijebloskan ke masalah ekonomi krusial. Mereka yang duduk di dalam gedung megah itu, belum juga keluar menemui kami. Untuk itu, jangan lagi percaya pada partai-partai yang menjanjikan berjuang untuk rakyat. Mereka yang membagi amplop sampah! hanya nampak ketika ada kepentingan," teriak Hanif Habiburohman, Sekretaris HMI Blitar.
Massa memang sempat emosi. Karena hampir satu jam orasi, namun tak satupun anggota dewan muncul dan keluar dari gedung megah itu. Sempat terjadi saling dorong antara petugas kepolisian dengan massa. Hingga, beberapa di antara mereka harus mengenakan rompi dan tameng pengaman.
"Rompi dan tameng itu dibeli dari uang rakyat. Kenapa kalian pakai untuk menghadapi kami? Kami datang dengan damai, yang bikin ricuh itu jahat namanya," teriak lantang seorang mahasiswa.
Karena anggota dewan tak juga muncul, massa kemudian memainkan teatrikal demo. Seorang mahasiswa berpakaian pocong ditaburi bunga dan ditancapkan nisan "matinya demokrasi" di atas kepalanya. Harum aroma bunga semerbak menyeruak, ketika massa menaburkannya di jalan raya.
Baru kemudian Yohan Triwaluyo dari Fraksi Gerindra, Ketua Komisi 2 DPRD Kota Blitar keluar. Sambil berusaha menenangkan massa, Yohan terus disindir massa karena diamankan di belakang polisi bertameng lengkap.
"Suatu saat, saya yakin. Yang ikut demo di sini akan menjadi anggota dewan. Dan merasakan apa yang kami rasakan saat ini. Kami tidak hanya ongkang-ongkang kawan," ujar Yohan.
Setelah massa tenang, mereka sepakat duduk bersama di atas jalan raya. Lalu perwakilan mahasiswa membacakan tiga komitmen yang mereka paksa anggota dewan Kota Blitar menandatanganinya.
Komitmen itu adalah Pertama, massa minta anggota DPRD Kota Blitar berperan aktif mengawal tuntutan turunkan harga pangan dan BBM. Kedua, mereka menuntut anggota DPRD Kota Blitar menjamin ketersediaan stok pertalite. Ketiga, jika dalam waktu tiga bulan tidak ada perubahan, HMI Cabang Blitar akan kembali mengerahkan massa untuk turun ke jalan.
"Kenapa kami tidak mencantumkan soal penolakan presiden tiga periode dan penundaan pemilu, karena Presiden Jokowi semalam sudah menjanjikan dan memastikan, bahwa Pemilu tetap dilaksanakan 14 April 2024 mendatang. Kami tidak ingin isu ini secara liar dikembangkan lagi oleh pihak-pihak yang punya kepentingan," pungkas Ketua HMI Cabang Blitar, Rio Adi Saputra Payer.
(abq/iwd)