Gempa bumi mengguncang Malang selatan satu tahun lalu. Ratusan rumah warga porak-poranda diguncang gempa berkekuatan 6.1 magnitudo.
Gempa yang berpusat di Selatan Kabupaten Malang ini juga dirasakan di 32 kabupaten/kota di Jawa Timur. Gempa ini mengguncang Malang tepatnya, Sabtu (10/4/2021), pukul 14.00 WIB. Saat itu baru masuk bulan puasa Ramadan seperti saat ini.
Selain bangunan rusak akibat gempa, juga ditemukan beberapa korban yang meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan rumah mereka. Lalu bagaimana kondisi warga Kabupaten Malang saat ini setelah tahun melewati gempa bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dusun Krajan, Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, adalah salah satu titik parah terdampak gempa bumi. Rumah-rumah warga yang sebelumnya rusak berat atau ambruk bersisa tanah kini sudah dibangun kembali.
Meski tak seideal kondisi bangunan sebelum gempa, namun mereka sudah bisa menempati sebagai tempat tinggal sehari-hari. Rata-rata, selain menggunakan dana swadaya, mereka juga dibantu sejumlah lembaga di luar pemerintahan seperti lembaga amal hingga relawan dan organisasi masyarakat.
Namun, tak jarang pula warga terdampak harus membangun rumah mereka dengan dana pinjaman dengan harapan dapat tergantikan saat dana bantuan stimulan dari pemerintah diterima.
Kakek Misdi misalnya, ia mengaku rumahnya saat ini sudah kembali bisa digunakan meski tidak seperti dulu. Namun ia bersyukur dengan dana pembangunan yang disokong salah satu organisasi badan amal.
"Bangunan baru dapat bantuan, termasuk beberapa material. Alhamdulillah sudah bisa ditinggali," ujar kakek Misdi saat ditemui wartawan di lokasi, Senin (12/4/2022).
Sebelum ada bangunan baru, Misdi terpaksa tinggal di kediaman keluarganya yang lain. Sebab, rumahnya luluh lantak akibat guncangan gempa.
![]() |
"Baru bisa ditempati sekitar dua atau tiga bulan lalu. Sebelumnya menumpang di saudara," katanya.
Namun, ditanya mengenai bantuan bangunan dari pemerintah, Misdi tak tahu menahu dan memasrahkan kepada anak-anaknya yang mengurus soal itu.
Berjalan menuju sudut lain di Dusun Krajan, wartawan bertemu dengan wanita yang mengaku bernama Mujiati. Wanita 55 tahun itu merasakan hal yang hampir serupa. Semua material bangunan rumahnya didapat dari lembaga amal. Namun dirinya dan keluarganya yang membangun sendiri.
"Rumah saya belum selesai, sekarang tinggal di bangunan sementara karena butuh uang banyak untuk bangun baru, dan belum selesai," ucap Mujiati.
Dijelaskan Mujiati, ia terpaksa mencari pinjaman uang untuk membangun kembali. Karena bantuan yang ia terima dari lembaga amal belum bisa sepenuhnya mengcover kerusakan rumah.
Mujiati mengaku harus mencari pinjaman uang sekitar Rp 100 juta untuk membangun rumah yang ditinggali dengan empat anaknya. Mujiati yang juga korban dengan kategori rumah rusak berat masih belum menerima bantuan stimulan dari pemerintah pusat.
"Awalnya katanya akan keluar bulan Oktober, lalu diundur. Dapat informasi sebelum April, tetapi belum turun," keluhnya.
Berdasarkan data Badan BPBD Kabupaten Malang, jumlah rumah terdampak gempa bumi 10 April 2021 silam sebanyak 8.943 rumah terdiri dari rusak berat 1.020 unit, rusak sedang 1.631 unit, dan rusak ringan sebanyak 6.292 unit.
Januari 2022 lalu, teknis penyaluran bantuan sudah dibahas dan kini memasuki proses verifikasi APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah).
Baca juga: Gempa M 4.1 Guncang Malang |
"Sekitar 1.020 rumah rusak berat. Sekarang posisinya ada di sekretaris utama BNPB untuk proses verifikasi APIP. Seminggu lalu kita kirimkan lagi proposal kedua untuk rusak ringan dan sedang," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan.
Sadono mengungkapkan pada proses verifikasi ulang pihaknya melihat kondisi di mana warga sudah membangun secara swadaya.
Kondisi itu juga menjadi bahan pertimbangan rencana awal yang diberikan dalam bentuk banguan berubah menjadi bantuan tunai. Namun ternyata mayoritas dari korban menghendaki tunai.
"Saat ini kami menunggu jawaban dari BNPB. Jika dibandingkan kota lain, jumlah di Kabupaten Malang lebih besar. Seperti di Blitar hanya seribuan dan kita ada 8.900 lebih terverifikasi," ungkapnya.
Jumlah yang besar itu menjadi kendala tersendiri dan memperlama proses verifikasi. Ditambah dengan banyaknya masalah ketidaksesuaian data administrasi kependudukan.
"Kami berusaha filter verifikasinya dari tingkat bawah di Desa sampai Cipta Karya dan kembali ke BPBD. Sehingga bisa dicegah beberapa maslah yang menghambat," pungkasnya.
BNPB sebelumnya menjanjikan untuk dana rehabilitasi rumah warga terdampak gempa bumi. Para korban yang terdampak khususnya dengan kerusakan berat, akan mendapatkan dana tunggu hunian (DTH) sebesar Rp 500 ribu setiap tiga bulan yang baru dituntaskan tahap duanya pada Desember 2021 lalu.
Sementara bantuan rumah rusak ringan akan diberikan sebesar Rp 10 juta, Rp 25 juta untuk rusak sedang, dan Rp 50 juta untuk rusak berat.
Janji bantuan itu juga disampaikan langsung presiden Joko Widodo yang sempat meninjau ke lokasi terdampak gempa di Desa Majangtengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Kamis (29/4/2021), lalu.
(iwd/iwd)