Kiai Miftachul Akhyar Mundur, Begini Respons MUI dan PWNU Jatim

Kiai Miftachul Akhyar Mundur, Begini Respons MUI dan PWNU Jatim

Faiq Azmi - detikJatim
Kamis, 10 Mar 2022 19:31 WIB
Ketua MUI Jatim KH Hasan Muttawakil Alallah menganggap sosok KH Miftachul Akhyar sosok ulama panutan. Dia merasa kehilangan
KH Hasan Muttawakil 'Alallah saat menyampaikan pandangan tentang mundurnya KH Miftachul Akhyar sebagai Ketum MUI. (Foto: Faiq Azmi/detikJatim)
Surabaya -

Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar (Kiai Miftah) mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI Jatim mengaku kehilangan sosok panutan, sedangkan Wakil Ketua PWNU Jatim mengapresiasi sosoknya yang berkomitmen pada janji.

Ketua MUI Jatim KH Hasan Mutawakkil 'Alallah mengaku terkejut dengan mundurnya Kiai Miftah. Menurut Mutawakkil, Kiai Miftah merupakan sosok panutan.

"Saya masih terkejut dengan mundurnya Kiai Mif (Miftah). Yang jelas, kami merasa kehilangan figur ketua umum yang selama ini menjadi panutan kami," katanya kepada detikJatim, Kamis (10/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya Kiai Miftah merupakan sosok yang sangat bijaksana. Setiap mengambil keputusan fatwa Kiai Miftah dinilai selalu mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Selama ini fatwa-fatwanya benar-benar faktual dari aspek keagamaan, kebangsaan, maupun kenegaraan. Keputusan Kiai Miftah benar-benar memperhatikan argumen agama yang shoheh dan memperhatikan kebutuhan kehidupan masyarakat," katanya.

ADVERTISEMENT

Kiai Mutawakkil mengaku belum mengonfirmasi langsung ke Kiai Miftah terkait pengunduran diri dari Ketum MUI.

"Saya belum konfirmasi kepada beliau, tapi kami benar-benar, asli, merasa kehilangan beliau," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua PWNU Jatim KH Absussalam Shohib (Gus Salam) mengapresiasi Kiai Miftah. Menurutnya, Kiai Miftah sosok yang komitmen terhadap janji.

"Satu hal yang menurut saya penting diapresiasi adalah komitmen beliau terhadap janji. Memang benar yang beliau dawuhkan (katakan) dalam proses terpilihnya beliau sebagai Rais Aam PBNU memang terjadi disksusi internal. Ada satu anggota AHWA yang menyarankan agar beliau terpilih Rais Aam untuk melepas jabatan Ketum MUI, agar lebih fokus konsentrasi. Dan beliau saat itu menjawab Sami'nah Wa Atho'na," kata Gus Salam.

Gus Salam mengungkapkan, sebenarnya sah-sah saja Rais Aam PBNU merangkap jabatan sebagai Ketum MUI. Sebelumnya, juga pernah terjadi hal serupa di era KH Ma'ruf Amin.

"Walaupun sebenarnya dari kita fungsionaris NU, yang juga sekarang banyak bertebaran di MUI mulai regional sampai nasional itu sebenarnya sangat berharap bahwa beliau Kiai Miftah tetap bisa jadi Ketum MUI. Karena memang secara aturan organisasi di PBNU tidak jadi masalah. Akan tetapi kami sangat menghormati dan mengapresiasi ini," kata Gus Salam.

Pengasuh Ponpes Mambau Ma'arif Denanyar Jombang ini menyebutkan ulama seperti Kiai Miftah sulit ditemukan di Indonesia. Menurutnya selain menjadi tauladan bagi umat islam Kiai Miftah juga memberi contoh akhlak yang mulia.

"Semacam jadi teladan dan kabar yang menggembirakan di tengah kehauasan kita terhadap contoh akhlak yang mulia. Walaupun secara aturan organisasi beliau tidak melanggar, namun karena beliau sudah berjanji sebagai bukti ketaatan beliau terhadap para masyayikh, maka beliau mengundurkan diri," katanya.

"Itu luar biasa menurut saya, di tengah situasi ini. Kalau kiai, ulama, atau orang yang berilmu banyak sekali. Tapi orang yang antara ilmu dan perilakunya satu nafas atau satu jalan itu jarang. Dan salah satunya yang ada adalah beliau Kiai Miftah. Kemuliaan beliau, mundur dari Ketum MUI," lanjutnya.

Kiai Miftah merupakan salah satu ulama khos asal Jatim. Mengenai siapa sosok yang pantas menggantikan Kiai Miftah, Ketua MUI Jatim KH Hasan Mutawakkil 'Alallah enggan menanggapi. Namun, dia menyebutkan bahwa pengganti Kiai Miftah akan ditentukan Dewan Pimpinan Pusat MUI.

"Saya masih terkejut dengan kemunduran Kiai Miftah, jadi belum bisa berfikir alternatif. Nanti itu tergantung keputusan dewan pimpinan MUI pusat dengan menggunakan pola apa untuk mencari pengganti Kiai Miftah," katanya.

Sementara, Wakil Ketua PWNU Gus Salam menyebutkan menurutnya ada beberapa nama dari Jatim yang mumpuni untuk menggantikan posisi Kiai Miftah. Di antaranya KH Anwar Iskandar, KH Agoes Ali Masyhuri, KH Hasan Mutawakkil 'Alallah.

"Kalau siapa yang mengganti saya enggak tahu, tapi memang jadi Ketum MUI biasanya posisinya ada kaitannya dengan Rais Aam. Saya kira, umpamanya siapa pun enggak masalah, MUI ini kan perkumpulan ormas, tidak merepresentasikan umat. Karena yang punya umat kan NU, Muhamadiyah. Itu tempat diskusi antarumat. Siapa pun yang mengganti hak pusat, ya kalau Jatim, kiai-kiai ini kesibukannya banyak, tergantung kiainya mau endak. Kalau tokoh nasional dari Jatim banyak," katanya.




(dpe/dpe)


Hide Ads