Sejarah terbentuknya Pasar Turi yang panjang perlu dikonfirmasi ulang. Namun, kejayaan Pasar Turi di era kolonial memang tercatat dalam sejarah.
Prof Purnawan Basundoro Sejarawan Unair memastikan, eksistensi Pasar Turi memang sudah sangat lama. Bisa jadi justru sudah ada sebelum era kolonial.
Berdasarkan catatan yang dia punya, Pasar Turi menjadi satu dari 8 pasar besar dan berpengaruh sejak 1915 silam. Bersaing dengan Pasar Pabean dan Pasar Genteng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Basundoro mengutip dari catatan pemerintah Hindia Belanda soal pendapatan pasar dalam Gulden yang dimuat di Majalah Locale Techniek No. 2, Maret-April 1939 (Soerabaja Nummer).
"Jadi tahun 1915 itu masa terpenting. Ada 8 pasar besar di Surabaya. Termasuk Pasar Turi dan Pabean," ujarnya kepada detikJatim, Senin (7/3/2022).
Berdasarkan catatan itu, nilai pendapatan dari para pedagang di Pasar Turi sejak 1920-1938 merupakan yang kedua terbesar setelah Pasar Pabean.
Seiring berjalannya waktu, jumlah pasar di Surabaya terus bertambah. Berdasarkan Majalah Locale Techniek itu, pada 1938 silam pasar di Surabaya jumlahnya sudah sebanyak 43 unit.
Kemudian, kata Basundoro, di tahun-tahun berikutnya, tepatnya hingga 1960-an jumlah pasar tradisional di Surabaya sudah mencapai angka lebih dari 100 unit. "Itu termasuk yang besar maupun yang kecil, ya," ujar Basundoro.
Pada era 70-an hingga 80-an itulah Pasar Turi sangat berjaya. Pasar legendaris itu meraup pendapatan terbesar dibandingkan pasar-pasar lainnya. Pasar Turi bahkan berhasil mendominasi pendapatan pasar mengalahkan Pasar Pabean yang merupakan pasar terbesar di era sebelum 1970-an.
Itu bisa dilihat dalam laporan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya, Nomor: 7600/161/78 tanggal 22 Mei 1978. Laporan keuangan Pasar Turi itu dinukil dalam makalah "Perkembangan Pasar Turi Baru Surabaya" di e-Journal Pendidikan Sejarah Avatara volume 1, No 2, Mei 2013.
Sejak selesainya pembangunan lantai 1 tahap I pada 1971 yang diresmikan oleh Wali Kota Surabaya R Soekotjo hingga 1978 (sebelum kebakaran 2 Mei 1978) pendapatan Pasar Turi terus meningkat.
Pendapatan pemerintah daerah dari Pasar Turi periode Agustus-Desember 1971 mencapai lebih dari Rp5 juta di kala itu. Terus meningkat hingga periode 1979/1978 mencapai lebih dari Rp291 juta.
Basundoro mengatakan, Pasar Turi di era 1970-an telah memengaruhi kehidupan masyarakat Surabaya baik dari sisi ekonomi maupun budaya. Sebagai pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat, Pasar Turi menjadi pusat perekonomian masyarakat di mana perputaran uang begitu besar.
Selain itu, Pasar Turi juga menjadi bagian penting dari perkembangan tren fashion masyarakat, kuliner, serta distribusi gaya hidup masyarakat perkotaan. Tapi lambat laun kejayaan Pasar Turi sebenarnya sudah meredup seiring bermunculannya pasar-pasar baru di Kota Pahlawan.
"Seperti Pasar Atom, itu mulai dibangun 1976-an. Juga perluasan Pasar Genteng di akhir 70an. Ini membuat keramaian pasar menjadi terbagi lagi, sehingga pasar Turi tidak bisa lagi dianggap besar," ujarnya.
Era kejayaan Pasar Turi sebagai pasar makin meredup menyisakan nama besar yang melegenda pada awal 90-an. Terutama ketika pada tahun 90-an itu mulai bermunculan dan menjamur pusat perbelanjaan dan mal.
"Akhirnya Pasar Turi jadi kurang tenar. Apalagi pasar itu sering sekali terbakar. Sekarang kondisinya lebih merana lagi, sudah banyak saingan. Ada PGS (Pusat Grosir Surabaya) yang juga menjadi pusat grosir yang ramai," ujar Basundoro.
(dpe/fat)