3 Tahun Kepemimpinan Khofifah-Emil, Pengamat: Jatim Guyub Rukun

3 Tahun Kepemimpinan Khofifah-Emil, Pengamat: Jatim Guyub Rukun

Faiq Azmi - detikJatim
Senin, 14 Feb 2022 17:12 WIB
Khofifah Indar Parawansa
Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. (Foto: Faiq Azmi)
Surabaya -

Kepemimpinan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak sudah genap 3 tahun. Khofifah-Emil terus berupaya merealisasikan programnya yakni Nawa Bhakti Satya untuk kesejahteraan rakyat.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Dr Suko Widodo mengatakan, Khofifah memiliki gaya kepemimpinan yang sangat bagus. Hal ini dilihat dari konteks dinamika sosial, tidak ada konflik sosial yang besar. Jika terjadi demonstrasi, relatif muncul karena isu dari Jakarta, bukan kebijakannya.

"Jatim di bawah Khofifah-Emil sangat guyub, sangat rukun," kata Suko Widodo, Senin (14/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suko menjelaskan, Khofifah mampu hadir di tengah masyarakat yang beragam. Komunikasinya yang tegas dan argumentatif, menjadikan Khofifah sosok pemimpin yang dibutuhkan.

"Komunikasinya tidak mleyak-mleyok, memiliki karakter pemimpin jalan tengah, dan tentu saja sosok sentuhan keibuannya yang sangat dirasakan masyarakat," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Suko, Khofifah cukup aspiratif saat menjadi pemimpin. Filsafatnya yakni 'mikul duwur mendem jeru', yang memiliki makna selalu mendengar sekecil apapun suara dan merefleksikannya.

"Dia aspiratif, mampu menjaga harmonisasi dengan manajemen yang dengan baik dengan cara adil. Seperti cara Islam, tidak mempermalukan orang, tidak menghina orang. Itu stylenya, jada yang diterima publik seperti itu," tegas Suko.

Suko juga menyebut, kehadiran Emil memperlengkap Pemprov Jatim. Emil yang masih muda dan energik mampu menyapa kalangan milenial.

"Ada milenial job center, saya kira itu harus terus dimaksimalkan untuk masyarakat Jatim, khususnya anak-anak muda ya," ungkapnya.

Sementara itu, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menuturkan, untuk menjaga harmonisasi antara media dan pemerintah dalam mendukung kinerja pembangunan di Jawa Timur, maka diperlukan kesamaan agenda pada ketiganya. Jika agenda pemerintah, agenda media dan agenda rakyat ini dapat dipertemukan dalam satu kepentingan bersama, maka dampaknya akan sangat luar biasa.

"Misalnya ketika kita mendorong terwujudnya Desa Devisa. Kalau kita tidak menemu kenali satu per satu tidak akan terjadi akselerasi. Karena Desa Devisa itu harus memiliki produk sendiri, memiliki keunikan, potensial marketnya besar dan harus ada kelompok," tutur dia.

Karena potensial marketnya harus besar, lanjut Khofifah, maka di desa itu harus ada penghasil yang sama dan dalam jumlah banyak. Sehingga baru bisa diajukan ke Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

"Kita punya sangat banyak keunikan itu di desa-desa. Tapi, tidak semua bisa terkaver oleh pemerintah. Dan kita tahu, jejaring media ini sangat luar biasa. Kalau ini dapat terwujud harmonis partnership maka akan bisa membangun lingkaran-lingkaran untuk bisa saling memberikan manfaat satu dengan yang lainnya," harap Khofifah.

Khofifah menyampaikan terima kasih pada seluruh insan pers yang telah membersamai perjalanan keduanya selama tiga tahun terakhir.

"Saya selalu titip pesan agar Jatim ini dijaga jangan sampai batuk. Karena kalau sampai batuk, dropletnya bisa sampai ibu kota. Artinya, stabilisasi itu harus terus dijaga," ujar Khofifah.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads