Gegap gempita Pemilihan Gubernur Jawa Tengah akhirnya mereda. Hajatan politik itu melalui masa puncaknya dalam kegiatan pencoblosan pada pertengahan pekan lalu.
Hasil dari pemilihan belum diumumkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum. Namun, menilik hasil hitung cepat lembaga survei, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin mampu mengungguli pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi atau Hendi dalam pemilihan itu.
Proses dan hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng tersebut menjadi pemberitaan yang banyak diakses oleh pembaca detikJateng dalam sepekan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil quick count atau hitung cepat Pilgub Jawa Tengah Indikator, SMRC, Lembaga Survei Indonesia (LSI), dan Charta Politika sudah mencapai 100%. Dari keempat survei tersebut, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin mengungguli Andika Perkasa-Hendrar Prihadi.
Hasil pemilihan ini mengikis predikat Jateng sebagai kandang banteng. Selama 20 tahun terakhir, PDIP selalu berhasil menempatkan jago pilihannya untuk menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, pada 2003 silam PDIP berhasil memenangkan pemilihan di DPRD Jateng dan menempatkan Mardiyanto sebagai Gubernur Jateng. Sedangkan di 2008, PDIP kembali memenangkan Pilgub Jateng dan menempatkan Bibit Waluyo sebagai gubernur. Pemilihan di 2008 ini merupakan pertama kalinya gubernur dipilih langsung oleh masyarakat.
Selanjutnya, di tahun 2013 calon dari PDIP, Ganjar Pranowo berhasil memenangkan pemilihan dan menjabat sebagai Gubernur Jateng. Dia kemudian kembali maju di periode 2018-2023 dan kembali menang.
Sedangkan dalam pilgub kali ini, cagub yang diusung PDIP, Andika Perkasa-Hendi harus mengakui keunggulan Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang diusung Koalisi Indonesia Maju Plus.
Beberapa jam usai pemilihan, detikJateng menyambangi Posko Pemenangan Andika-Hendi di Jalan Pandanaran, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Posko itu tampak sepi.
Pintu posko tertutup, lampunya padam. Hanya ada beberapa relawan di lokasi. Tampak relawan berpakaian hijau di posko itu sedang menangis sambil berpelukan.
Suasana sepi juga terlihat di kantor DPD PDIP Jateng, Panti Marhaen, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Pacul Wuryanto yang berada di kantor tersebut enggan memberikan pernyataan kepada wartawan.
"Cuaca sedang tidak baik-baik di kami, no comment (tidak komentar)," kata Bambang di Panti Marhaen, Semarang, Rabu (27/11/2024).
Adapun Hendi mengakui bahwa banyak para pendukungnya yang terpukul dengan hasil pemilihan.
"Pasti semua pendukung terpukul. Saya minta maaf teman-teman partai dan pendukung Andika-Hendi hasilnya tidak baik sejauh ini, saya minta maaf," ujarnya, Kamis (29/11/2024).
![]() |
Hendi tidak menyangka bahwa mereka bisa kalah dengan selisih suara yang cukup jauh. Padahal, di hari pencoblosan, mereka masih cukup optimis bisa menang.
"Kalau saya boleh jujur sampai kemarin masih optimis. Waktu lihat quick count ternyata luar biasa pergerakan sebelah, dua minggu lalu masih tipis. Tapi kita harus mengakui dalam pertandingan kita ada yang menang dan kalah. Quick count kita ketinggalan jauh," kata dia.
Sedangkan Ahmad Luthfi tampak cukup puas dengan hasil pemilihan itu. Dia melihat masyarakat memiliki harapan besar kepada dia dan Taj Yasin untuk memimpin Jawa Tengah.
"Itu adalah untuk kepercayaan masyarakat kepada kita, tentu ini bentuk kepercayaan harus kita jawab bahwa inilah harapan yang dibebankan kami dengan Gus Yasin di pundak kami," kata Luthfi di Posko Pemenangan, Kecamatan Semarang Tengah, Rabu (27/11/2024).
Ada Faktor Jokowi Effect
Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdulrahman mengatakan mesin partai pengusung Andika-Hendi yaitu PDIP sebenarnya sudah bergerak maksimal. Bahkan, elektabilitas Andika-Hendi sempat naik dengan cepat.
"Mesin partai Paslon 01 pada dasarnya sudah berjalan sangat efisien dan efektif. Hal itu nampak dari perolehan suara Paslon 01 yang lebih besar jika dibandingkan dengan perolehan suara PDI Perjuangan. Dalam waktu singkat elektabilitas Paslon 01 bisa mencapai lebih dari 40 persen. Ibarat speed boat, yang mampu melaju dengan cepat namun tidak mampu menahan tinggi dan besarnya gelombang, " kata Wahid, Kamis (28/11/2024).
Hanya saja, sejumlah faktor kemudian membuat PDIP akhirnya gagal menempatkan gubernur di Jateng dalam pemilihan ini. Menurut Wahid, Taj Yasin yang merupakan representasi santri juga cukup berpengaruh.
![]() |
"Sebagai kandidat, Taj Yasin memiliki daya tarik religiusitas secara absolut dibandingkan figur lain sehingga mampu memperkuat positioning Paslon 02 khususnya di mata pemilih santri," tegasnya.
Faktor lain yang cukup dominan adalah Jokowi dan Prabowo effect hal itu terlihat ketika elektabilitas kedua paslon relatif berimbang sebagaimana hasil survei sejumlah lembaga pada pertengahan hingga akhir Oktober. Namun pada minggu kedua November elektabilitas mulai kembali melebar.
"Show of force dukungan Jokowi melalui pawai bersama Paslon 02 di sejumlah wilayah seperti Purwokerto, Klaten, Blora, Tegal, dan Grobogan memberikan efek positif signifikan," tegasnya.
(ahr/ahr)