Mahkluk halus seperti genderuwo disebut memiliki tempat-tempat atau rumah yang disukai. Salah satunya adalah pohon gayam.
Dikutip dari dlhk.jogjaprov.go.id, Kamis (10/11/2022) pohon ini bisa mencapai ketinggian hingga 20 meter dan diameter batang mencapai 60 Sentimeter. Disebutkan pula di laman tersebut, pohon gayam sarat dengan mitos tempat tinggal gendruwo.
Tajuknya rindang, batangnya beralur tidak teratur dan dalam. Kadang-kadang berbanir. Percabangannya merunduk, pada kulit batang kepingan dalam mengandung cairan berwarna merah. Pohon ini banyak ditemui di daerah pedesaan.
Biasanya gayam ditanam di area pemakaman. Ditambah lagi habitat hidupnya yang menyukai tepi rawa-rawa, tepi sungai ataupun tempat-tempat berair lainnya.
Hal-hal itulah yang kemudian memunculkan kesan angker pohon ini sehingga sering dimitoskan dihuni oleh genderuwo. Karena pohon gayam sering dianggap sebagai tempat tinggal genderuwo, maka buah gayam juga sering disebut sebagai buah genderuwo.
Pohon gayam merupakan salah satu pohon yang memiliki nilai filosofis bagi masyarakat Jogja. Bahkan di Kraton Jogja, pohon ini memiliki area khusus, yaitu di area antara Pagelaran dan Siti Hinggil.
Baca juga: Menelisik Gang Gendruwo di Temon Kulon Progo |
Gayam berasal dari kata "nggayuh" yang berarti mencari/meraih sesuatu. Kayu pohon gayam juga melambangkan jiwa pendeta.
Karena itu disebut pula pohon gayam melambangkan bahwa, "Manusia harus mempunyai keinginan untuk mencapai keutamaan hidup."
Ada juga yang menganggap bahwa gayam berasal dari kata "gegayuh ayem" yang berarti mencari ketenangan.
Pohon gayam diperkirakan merupakan tanaman asli dari Indonesia (endemik) yang kemudian menyebar ke daerah-daerah tropis lain di kawasan Asia Pasifik. Pohon ini mampu tumbuh di lahan yang miskin hara, sehingga cocok dimanfaatkan sebagai tanaman pionir. Tajuknya yang rindang cocok sebagai peneduh.
Selengkapnya di halaman berikutnya...
(apl/sip)