260 Titik Sumur Tua di Blora Ternyata Bisa Hasilkan 206 Barel Minyak Per Hari

260 Titik Sumur Tua di Blora Ternyata Bisa Hasilkan 206 Barel Minyak Per Hari

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Kamis, 17 Jul 2025 22:13 WIB
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat mengunjungi sumur minyak tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Blora, Kamis (17/7/2025).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat mengunjungi sumur minyak tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Blora, Kamis (17/7/2025). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng.
Blora -

Pertamina EP Cepu mengelola 260 titik sumur tua yang mampu menghasilkan 206 barel minyak mentah per harinya. Jumlah tersebut ditargekan meningkat di 2025 mencapai 215 barel per harinya.

206 titik sumur tua itu antara lain 190 titik berada di wilayah Ledok, Kecamatan Sambong dan 70 titik berada di Semanggi, Kecamatan Jepon.

"Ledok 190 titik sumur tua. Semanggi 70 titik sumur tua. Aktif dikelola Pertamina," ungkap Direktur Utama Blora Patra Energi (BPE) Gini Nurbaskoro saat ditemui di Ledok, Kamis (17/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gini menuturkan jumlah produksi terus meningkat setiap tahun dengan harga minyak mentah sesuai ICP. Sumur minyak tua yang dikelola turut melibatkan masyarakat ini, ongkos angkat dan naik yang diserahkan ke Pertamina sebesar Rp 5.200 per liter.

"260 sumur, tahun 2024 kemarin per hari 206 barel per day. Dibanding tahun sebelumnya ada kenaikan produksi. Target di 2025 yaitu 215 barel per day," bebernya.

ADVERTISEMENT

Selain dari 260 titik sumur tua juga terdapat sumur tua lain yang belum dikelola.

"50 sumur masih terkendala," jelasnya.

Di lokasi yang sama, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, melakukan kunjungan di Blora. Kunjungan dilakukan usai Kementerian ESDM membuat regulasi yang melegalkan sumur minyak masyarakat.

Regulasi itu tertuang dalam Permen ESDM No. 14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi.

Regulasi ini membuka ruang bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) turut berperan dalam mengelola sumur-sumur marginal dengan tetap menjunjung prinsip keselamatan, keberlanjutan, dan tata kelola yang baik.

"Yang penting adalah masyarakat bisa menjalankan aktivitasnya dengan baik, jadi tidak rasa waswas. Dan mereka legal, supaya lingkungannya kita jaga," jelasnya.

Salah satu lokasi yang dikunjungi ialah melakukan pengecekan di Ledok, Kecamatan Sambong. Bahlil menegaskan komitmen pemerintah untuk mewujudkan swasembada energi melalui peningkatan produksi minyak dan gas bumi dari sumur tua dan sumur rakyat.

"Agar lifting (minyak) kita bisa naik, masyarakat kerja tidak dengan was-was. Tidak ada lagi oknum-oknum yang menakuti mereka, dijual ke Pertamina dengan harga yang baik, dan bisa melahirkan lapangan pekerjaan," bebernya.

Optimalisasi sumur tua juga dinilai strategis dari sisi efisiensi, karena memanfaatkan infrastruktur dan cadangan yang telah ada. Pemerintah menargetkan kontribusi produksi dari sumur tua dan sumur rakyat akan terus meningkat secara bertahap, dan menjadi penopang penting dalam mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari.

"Setelah saya mengecek, satu sumur masyarakat itu bisa mendapatkan tiga barel sampai dengan lima barel," jelas Bahlil.

Ia menjelaskan bahwa satu barel setara 159 liter, sehingga tiga barel hampir mencapai 500 liter. Dengan harga ICP USD70 per barel dan asumsi porsi bagi hasil 70%, setiap barel menghasilkan sekitar USD49. Artinya, dalam sehari satu sumur bisa meraup sekitar USD147-dibulatkan menjadi USD150-atau setara lebih dari Rp2juta.

Selain menyumbang produksi minyak nasional, adanya aturan sumur tua dan masyarakat juga menyerap banyak tenaga kerja. Dengan demikian, perputaran ekonomi masyarakat terkait sumur‑sumur rakyat ini memberikan dampak positif yang nyata.

"Satu sumur tenaga kerjanya itu bisa 10 orang. Jadi ini menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Terus pendapatan masyarakat perputaran ekonominya ada," tegas Bahlil.

Sebagai informasi, di wilayah kerja Lapangan Cepu terdapat delapan struktur aktif yang dikelola melalui kerja sama antara Pertamina EP selaku KKKS dengan mitra lokal seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Struktur tersebut antara lain Wonocolo, Dandangilo, Ngrayong, Ledok, Semanggi, Banyubang, Gegunung, dan Gabus.




(apl/afn)


Hide Ads