Wonosobo Fokus Turunkan Stunting dengan Intervensi Berbasis Data Lokal

Ihfadzillah Yahfadzka - detikJateng
Selasa, 21 Okt 2025 14:24 WIB
Foto: Dok. Pemkab Wonosobo
Jakarta -

Kepala Bappeda Kabupaten Wonosobo, Tono Prihartono mengungkapkan angka prevalensi stunting Kabupaten Wonosobo masih tinggi. Sebab itu, Pemkab Wonosobo mulai memfokuskan strategi penurunan stunting pada intervensi spesifik berbasis data lokal karena program yang selama ini berjalan belum menunjukkan hasil maksimal.

"Angka kita masih cukup tinggi, dan ini PR besar bagi kami di TPPS," ungkapnya usai Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Stunting, di Setda Wonosobo dalam keterangan tertulis, Selasa, (21/10/2025).

Diketahui, angka prevalensi stunting Kabupaten Wonosobo tercatat masih menyentuh angka 23,9 persen di tahun 2024. Oleh karena itu, dalam rapat yang dihadiri sejumlah pemangku kepentingan lintas sektor berfokus membedah ulang strategi dan mengevaluasi pelaksanaan program di lapangan untuk kemudian permasalahan akan dipetakan sampai ke tingkat RT, dan intervensinya akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah.

Menanggapi tingginya angka stunting, Tono menilai penyebab stunting tidak bisa dilihat dari sisi gizi semata, tetapi juga persoalan ekonomi, pola asuh, dan keterlibatan keluarga. Karena itu, upaya penurunan stunting tak bisa dijalankan satu dinas saja, melainkan harus melibatkan semua sektor.

Tak hanya itu, dalan pembahasan hasil riset singkat dari UI dan BRIN yang dilakukan di beberapa desa di Wonosobo, diketahui salah satu akar masalah serius yang ditemukan adalah minimnya peran ayah dalam pengasuhan dan pola asuh yang kurang optimal. Temuan ini didukung evaluasi lapangan yang juga menyoroti kebingungan koordinasi PMT di tingkat desa hingga masih tingginya kasus ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK).

"Ternyata dalam riset itu, peran ayah ini masih minim. Nanti akan kita dorong kampanye bagaimana ayah juga punya peran dalam cegah stunting," kata Tono.

Sebagai tindak lanjut, Pemkab Wonosobo melalui Tim TPPS menegaskan lima penekanan, mencakup poin pertama peningkatan edukasi dan komunikasi untuk perubahan perilaku serta mendorong keterlibatan aktif ayah. Kemudian penguatan koordinasi lintas sektor, intervensi tepat sasaran dan tepat waktu, optimalisasi peran TPPS hingga tingkat desa, serta perencanaan berbasis data.

Selain itu, sebagai rencana tindak lanjut juga ditetapkan empat pilar utama yakni Kampanye Ayah Peduli Gizi Keluarga untuk meningkatkan peran suami/ayah dalam pengasuhan. Pemetaan intervensi PMT yang lebih strategis menggunakan dana desa, MBG, dan CSR agar cepat dan merata.

Dalam upaya mengurangi angka stunting, Perangkat daerah ditugaskan menyusun rincian RAB sebagai referensi desa untuk intervensi yang efektif, serta perluasan media edukasi ke berbagai sasaran (petani, pedagang pasar, dll) melalui media cetak dan digital.

Tono menyebut, masukan dari riset ini akan digunakan sebagai dasar dalam penyempurnaan kebijakan yang sudah ada serta membuka peluang munculnya program baru yang lebih sesuai dengan konteks sosial masyarakat lokal.

Sementara itu, terkait anggaran stunting, Ia menyebut tidak ada angka tunggal karena penanganan stunting menyangkut banyak dinas, sehingga pendekatannya lintas sektor mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga komunikasi dan pemberdayaan masyarakat.

"Ada kesesuaian antara misi pusat dan daerah. Jadi langkah kita memang sudah searah," jelasnya.

Menurutnya, Bappeda Wonosobo akan terus melakukan evaluasi berkala dan mendorong kolaborasi antar lembaga hingga ke tingkat desa agar intervensi yang dijalankan benar-benar tepat sasaran.

Di sisi lain, Kepala DPPKBPPPA Wonosobo, Dyah Retno S mengungkapkan untuk mengatasi Fenomena "Fatherless" atau anak yang tumbuh tanpa kehadiran figur ayah, baik secara fisik maupun psikologis, program GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia) akan digencarkan.

Melalui ini, diharapkan mampu mendorong keterlibatan aktif ayah dan calon ayah dalam pengasuhan anak, pendampingan remaja dan pra remaja dalammenciptakan generasi yang berkualitas, dan memiliki karakter.

Selain itu, program GATI juga akan menumbuhkan kemandirian, rasa tanggung jawab, optimis dan berdaya saing sehingga siap menghadapi tantangan masa depan dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.

"Pelaksanaan Program GATI di Wonosobo sudah mencapai 16.683 dari target 7.456 sasaran dengan melibatanOrganisasi kemasyarakatan, seperti GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Anemia Sanitasi, Kristen, Forum GENRE, dan komunitas lainnya. Selain itu, di Wonosobo juga didukung dengan gerakan GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) dan juga kegiatan bidang intervensi sensitif," terangnya.

Dengan demikian, Dyah mengajak semua pihak untuk bersama berkolaborasi dan bersinergi mewujudkan Indonesia Bebas Stunting demi terciptanya Zero Stunting di Kabupaten Wonosobo.




(akn/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork