Ada Suara Menggelegar Saat Meteor Jatuh di Tegal, Fenomena Sonic Boom?

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 07 Okt 2025 16:21 WIB
Ilustrasi meteor jatuh di perairan Tegal. (Foto: Space.com)
Semarang -

Fenomena benda bercahaya terang yang diduga meteor di langit disertai suara dentuman keras bikin heboh warga pesisir utara Jawa akhir pekan lalu. Lantas apakah suara dentuman itu terkait fenomena sonic boom?

"Kami juga mengetahui fenomena itu sesaat setelah ramai di media dan grup astronomi. Setelah berdiskusi dengan BRIN dan para astronom lain, indikasinya menunjukkan benda langit yang jatuh dengan kecepatan tinggi dan menghasilkan cahaya yang konstan serta ledakan di udara. Dari situ kami menduga kuat itu meteor," kata Kepala Planetarium UIN Walisongo, Ahmad Syaiful Anam saat dihubungi detikJateng, Selasa (7/10/2025).

Terkait suara dentuman keras yang didengar warga Tegal, Brebes hingga Cirebon, Ahmad menduga kemungkinan berasal dari efek gelombang suara atau sonic boom. Fenomena ini terjadi akibat meteor yang menembus atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi.

"Cepatnya itu kurang lebih hampir 40.000 km/jam, cepat sekali, sehingga itu efek terbalik. Bahkan ada suara dentuman, boom, kayak suara ledakan, petir," jelasnya.

"Karena gesekan dengan atmosfer sangat kuat, dia menimbulkan panas dan cahaya yang intens, kadang disertai suara ledakan atau dentuman," tambah Ahmad.

Dia menilai wajar jika terdengar suara dentuman keras karena gesekan yang sangat cepat. Dia lalu memberikan penjelasan soal kemunculan efek gelombang kejut.

"Kalau meteor jatuh dengan kecepatan tinggi, dia menekan udara di depannya, menimbulkan efek gelombang kejut. Itu yang menyebabkan suara seperti ledakan di udara. Fenomena ini wajar terjadi pada meteor besar," jelasnya.

Di sisi lain, dia menyebut ada sisi positif meteor itu jatuh di laut, bukan di wilayah permukiman. Jika benda sebesar itu menghantam darat, dampaknya bisa sangat berbahaya.

"Kalau jatuh di permukiman bisa memicu gelombang kejut, kaca pecah, bahkan kerusakan bangunan. Syukurlah kalau jatuhnya di perairan, efeknya lebih aman bagi masyarakat," katanya.

Mengenai kemungkinan dampak terhadap lingkungan, Ahmad menyebut efek utama meteor justru berasal dari radiasi panas dan unsur kimia yang dibawa benda langit tersebut. Namun karena jatuh di laut, efek itu relatif bisa diredam.

"Efek utamanya adalah radiasi. Jadi benda itu jangan langsung dipegang atau dihirup karena bisa berbahaya. Tapi kalau jatuh di laut, radiasinya bisa teredam air. Meski begitu, bisa jadi berdampak pada ekosistem laut seperti karang dan biota di sekitarnya," ungkapnya.

Ahmad mencontohkan jika meteor cukup besar, daya kejutnya bisa menimbulkan gelombang air tinggi, bahkan berpotensi menimbulkan tsunami lokal. Namun dari analisis para astronom, meteor di Tegal ini diduga berukuran kecil.

"Sepertinya ukurannya tidak besar, mungkin seukuran bola atau lebih kecil. Jadi efeknya tidak sampai menimbulkan gelombang laut besar," katanya.

Ahmad menjelaskan fenomena meteor sebenarnya bisa diprediksi secara umum melalui periode hujan meteor. Namun, waktu dan lokasi jatuhnya disebut sulit diketahui pasti.

"Dalam astronomi ada istilah musim hujan meteor. Biasanya terjadi pada bulan-bulan tertentu, seperti Desember, Januari, atau Oktober seperti ini. Tapi kapan dan di mana benda itu jatuh, itu tidak bisa dipastikan," terangnya.

Ia menjelaskan meteor jatuh umumnya berasal dari sisa lintasan komet atau asteroid yang tertarik gravitasi bumi.

"Ketika bumi melintas di bekas lintasan komet, batuan kecil dari komet bisa tertarik masuk atmosfer dan terbakar. Itulah yang kita lihat sebagai meteor," katanya.

Ahmad pun berharap masyarakat tidak mengaitkan fenomena langit seperti ini dengan hal-hal mistis atau supranatural. Menurutnya hal ini bisa dipahami dari sisi ilmiah.

"Fenomena ini menarik untuk jadi edukasi agar tidak jadi mistisisme atau kleniknya yang berkembang, tapi lebih kajiannya secara ilmiah dan kita bisa meneladani secara akademik dan ilmiah harapannya," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, fenomena cahaya terang yang diduga meteor di langit yang disertai suara dentuman pada Minggu (5/10) malam mengejutkan warga Kabupaten Cirebon Jawa Barat hingga Brebes dan Tegal Jawa Tengah. Belakangan ahli menyebut benda yang diduga meteor itu jatuh di laut sebelah utara kota Tegal, Jawa Tengah.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua tim ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Kebumen, Jawa Tengah, Marufin Sudibyo. Sebelum jatuh, meteor itu memiliki panjang lintasan sekitar 70 km.

"Karena itu terlihat dari Cirebon kemudiannya terlihat juga dari Brebes dan akhirnya terlihat juga di Tegal, makanya rekonstruksi saya itu bermula dari atas Cirebon kemudian lewat di atas Brebes dan lewat juga di atas Tegal. Kalau saya hitung panjang lintasan sekitar 70 km dan itu berakhir di utara Kota Tegal, di laut," kata Marufin saat dihubungi detikJateng, Senin (6/10).



Simak Video "Video: Hujan Meteor Sextantids Akan Hiasi Langit pada Akhir September"

(ams/apl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork