Astronom Sebut Meteor Hebohkan Cirebon Jatuh di Laut Tegal, Ini Analisisnya

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 07 Okt 2025 13:02 WIB
Ilustrasi Meteor. Foto: Space.com.
Solo -

Heboh adanya benda bercahaya terang yang diduga meteor di langit yang disertai suara dentuman pada Minggu (5/10) malam memunculkan banyak spekulasi. Berikut analisis astronom soal benda yang diduga meteor tersebut.

Benda bercahaya cukup terang itu terlihat di langit Cirebon, Jawa Barat. Selain di Cirebon, ternyata meteor itu juga terlihat di Brebes dan Tegal Jawa Tengah. Ketua tim ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Kebumen, Jawa Tengah, Marufin Sudibyo, menyebut benda yang diduga meteor itu jatuh di laut sebelah utara kota Tegal, Jawa Tengah.

Menurut anasisisnya, sebelum jatuh, meteor itu memiliki panjang lintasan sekitar 70 km.Panjang lintasan ini sebagaimana jarak antara daerah yang dilintasi meteor hingga menghilang.

"Karena itu terlihat dari Cirebon kemudiannya terlihat juga dari Brebes dan akhirnya terlihat juga di Tegal, makanya rekonstruksi saya itu bermula dari atas Cirebon kemudian lewat di atas Brebes dan lewat juga di atas Tegal. Kalau saya hitung panjang lintasan sekitar 70 km dan itu berakhir di utara kota Tegal di laut," urai Marufin saat dihubungi detikjateng, Senin (6/10/2025).

Marufin berpendapat benda langit tersebut kemungkinan besar memang meteor. Kesimpulan itu diambil setelah mengamati data-data yang masuk.

"Kalau kepastian 100 persen si belum tentu ya, karena datanya belum terkumpul semua. Tapi kita bisa mengatakan kemungkinan besar itu meteor dengan pertimbangan satu, pada saat itu tidak ada sampah antariksa yang lewat di atas Cirebon. Kejadian seperti itu kan hanya ada satu dari dua kemungkinan. Kalau tidak sampah antariksa ya meteor. Kemudian yang kedua, semua data base dari sampah antariksa yang saya sudah ada itu menyatakan tidak ada yang berpotensi jatuh dan lewat di atas Cirebon pada jam itu. Jadi yang tersisa kemungkinan tinggal meteornya," bebernya.

"Nah, identifikasi meteor itu kan kemudian juga diperkuat bahwa dia itu terlihat hanya 5 detik. Kalau kecepatannya 15 km/detik maka menempuh jarak 75 km sama dengan ketebalan atmosfer yang ditembus oleh meteor itu ketika masuk ke atmosfer bumi," imbuhnya.

100 Kali Lebih Terang dari Venus

Marufin juga mengatakan, cahaya dari benda yang diduga meteor itu 100 kali lebih terang dari Planet Venus dan bulan sabit. Meteor yang jatuh tersebut diperkirakan memiliki diameter minimal 1 meter dengan berat 2 ton.

"Kalau dari tingkat terangnya atau magnitudonya mungkin sekitar 100 kali lebih terang dari Venus ya, ini sama dengan tingkat terangnya bulan pada saat sabit, terus ada suara dentuman atau gemuruh mirip petir maka kita menduga kalau itu punya diameter minimal 1 meter bila berbentuk bola dengan masa 2 ton, dengan catatan kalau terbuat dari struktur bukan baru padat tapi kita menyebut batu kondrit," tuturnya.

Musnah Sebelum Sentuh Bumi

Namun, kata Marufin, batu sebesar itu diperkirakan musnah pada ketinggian 40 km di atas permukaan laut. Dan jika saja benda itu jatuh menyentuh bumi maka akan terpecah kembali menjadi lebih kecil. Bahkan, kecepatannya juga akan jauh lebih lambat dibandingkan sebelumnya.

"Dan itu musnah di ketinggian sekitar 40 km dari permukaan laut. Kalau dihitung-hitung peluang menyentuh bumi itu ada tapi kecil, kemungkinan kurang dari 10 kg ya. Andaikata ada yang menyentuh bumi kecepatannya jauh lebih rendah paling 30 km/jam karena sudah dihambat atmosfer bumi kita," Imbuhnya.

Tidak Berbahaya

Meski tampak mengerikan, namun ia mengatakan bahwa hal itu tidak terlalu berbahaya. Jika benar-benar menyentuh bumi, baru meteor akan berbentuk serpihan-serpihan kecil.

"Kalau bahaya bisa dikatakan tidak ada karena ketika sudah tiba di permukaan bumi itu kan ya ukurannya kurang dari 10 kg (totalnya) dan itu pun berwujud pecahan-pecahan yang banyak ya paling beratnya 0,5 kg atau kurang. Jadi risikonya kecil," urainya.

Pria yang juga aktif di klub astronomi Jogja Astro Club dan konsorsium International Crescent Observations Project (ICOP) ini meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir dengan fenomena itu, terlebih dikaitkan dengan hal-hal mistis. Justru, potensi kecelakaan lalulintas lebih besar daripada kejatuhan meteor.

"Ini kalau secara astronomi setiap hari bumi kita itu dimasuki atau kejatuhan 20 ton meteoroid, ini rutin, fenomena wajar. Kemudian apakah terkait dengan suatu pertanda, kalau dalam tradisi ilmu klasik, meteor malah tidak pernah dikaitkan dengan sebuah bencana tidak pernah dikaitkan akan terjadi sesuatu. Jadi nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Ketimbang kita khawatir akan kejatuhan meteor itu potensi sesorang kejatuhan meteor itu jauh lebih kecil dibanding dengan seseorang terlihat dalam kecelakaan lalu lintas," pungkasnya.



Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"

(apl/ahr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork