Bangunan sekolah dasar (SD) di Ponolawen, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, kondisinya sangat memprihatinkan. Fondasi bangunan SDN 02 Ponolawen itu turun 5-10 sentimeter, dinding retak-retak bahkan berlubang, hingga kayu atap keropos.
Tak hanya itu lantai kelas juga pecah-pecah. Saat hujan air masuk ke ruang kelas dan kegiatan belajar mengajar terpaksa diungsikan ke lokasi yang aman.
Sekolah ini berada di tengah permukiman padat penduduk. Lokasinya berbatasan dengan kantor Kepala Desa Ponolawen, sedangkan jarak ke kantor Kecamatan Kesesi hanya sekitar 1,4 kilometer.
Kepala SDN 02 Ponolawen Ari B Sulistyo mengatakan total ada 81 siswa mulai dari kelas 1 hingga 6 di sekolahnya. Dia menyebut kegiatan belajar mengajar siswanya akan buyar ketika hujan turun.
"Kondisinya rusak parah, terutama 4 bangunan yang bagian selatan rusak parah. Atap juga sudah tidak bisa diperbaiki sedikit demi sedikit, bahkan tukang saja tidak berani untuk naik ke atas karena kondisinya karpus genteng sudah rusak," kata Ari kepada detikJateng, Selasa (25/10/2022).
"Lantai sudah retak dan kondisi tembok retak-retak dan fondasi yang menurun itu sudah berlangsung sejak 2019. Untuk penurunan fondasi bangunan ini 10-15 sentimeter, kata tim survei dari Kementerian PUPR, yang pernah ke sini," jelasnya.
Ari mengatakan SDN 02 Ponolawen pernah disurvei Kementerian PUPR sebanyak dua kali, yaitu pada Oktober 2019 dan Oktober 2021. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya.
"Hasil survai memang harus dibongkar keseluruhan. Tapi sampai saat ini belum ada kejelasannya, kapan mau diperbaiki. Sudah masuk dalam waiting list Kementerian PUPR, sehingga tidak bisa diusulkan oleh Dana Anggaran Khusus (Dak) tingkat Kabupaten Pekalongan," ungkapnya.
Terakhir Direhab Total 1985 Silam
Ari menerangkan bangunan SDN 02 Ponolawen ini dibangun pada 1978. Bangunan SD itu berdiri di atas lahan seluas 4,7 ribu meter.
"Bangunan ini terakhir direhab tahun 1985. Sekolah ini dibangun kalau tidak salah tahun 1978. Kalau bangunan sisi utara diperbaiki tahun 2017," ucapnya.
"Kalau kondisi atasnya sudah tidak bisa diperbaiki lagi bahkan dari Kementerian PUPR, bangunan ini tidak bisa direhab secara ringan atau sedang. Harus dirobohkan dan difondansi ulang," tambahnya.
Di tengah keterbatasan ini, kegiatan belajar mengajar siswa tetap berlangsung normal. Namun, diakui muncul rasa cemas dan khawatir jika hujan turun.
"KBM masih berjalan dengan normal, walaupun kalau musim hujan sangat mengkhawatirkan. Bangunan di sisi selatan ini yang digunakan hanya dua kelas yaitu kelas 5 dan 6, tapi kalau hujan kita harus siap-siap karena bocor," jelasnya.
"Satu ruang kepala sekolah yang digunakan untuk pembelajaran kelas 1. Kemudian untuk ruang guru sudah saya pindahkan ke ruang perpustakaan, karena ada retakan bangunan yang sampai berlubang dan sampai kelihatan ke depan, sehingga takutnya roboh," sambung Ari.
Selengkapnya di halaman berikut....
Simak juga Video: Hujan Pembawa Petaka di MTsN19 Jakarta, Tembok Runtuh Timpa Siswa
(ams/sip)