Gantungan atau konfigurasi Jembatan gantung Juwero di Desa Triharjo, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal, nyaris roboh. Kondisi gantungan jembatan itu sangat mengkhawatirkan karena fondasinya ambrol usai tergerus aliran Sungai Bodri.
Kondisi jembatan tersebut diketahui warga yang melintas pagi tadi. Kepala Desa Triharjo, Rilo Akrori mengatakan pihak desa mendapatkan informasi dari masyarakat dan melakukan pengecekan di lokasi Jembatan Juwero.
"Saya baru dapat informasi dari masyarakat tadi pagi soalnya kemarin kondisi masih berdiri kokoh. Robohnya kerangka gantungan Jembatan Juwero mungkin diakibatkan ambrolnya fondasi kerangka gantungan akibat diterjang arus Sungai Bodri," kata Kades Triharjo, Rilo Akrori saat ditemui detikJateng di lokasi, Kamis (13/10/2022).
Rilo mengatakan konfigurasi gantungan Jembatan Juwero merupakan sisa bangunan peninggalan Belanda yang dibangun sekitar tahun 1921. Jalur itu dulunya perlintasan rel kereta lori menuju hutan untuk mengangkut hasil hutan.
"Kalau gantungannya itu sisa bangunan peninggalan Belanda yang dibangun sekitar tahun 1921. Dulunya jembatan Juwero ini kan jalur rel kereta lori menuju hutan dan pertanian yang digunakan pihak Belanda untuk mengangkut hasil hutan. Jadi ini sisa bangunannya," terangnya.
Jembatan tersebut berdiri di Sungai Bodri, yang menghubungkan Desa Triharjo dan Sojomerto di Kecamatan Gemuh. Jembatan sepanjang 50 meter yang merupakan akses utama bagi warga menuju area hutan dan lahan pertanian tentunya sangat menakutkan untuk dilalui warga sekitar.
Kemiringan gantungan hampir roboh ini sudah bergeser sekitar 45 derajat sehingga warga melintasi jembatan tersebut ketakutan.
"Jembatan ini panjangnya 50 meter yang menghubungkan Desa Triharjo dengan Desa Sojomerto Kecamatan Gemuh. Saat ini kemiringannya sudah 45 derajat dan warga tentunya sangat ketakutan kalau melalui jembatan ini," tambahnya.
Kondisi jembatan membuat warga takut melintas, simak di halaman selanjutnya...
(aku/apl)