Sebuah bangunan tua berdiri di persimpangan jalan wilayah perkotaan Cianjur. Masyarakat mengenalnya dengan nama Suge. Bangunan itu ternyata menyimpan sejarah kejayaan pengusaha besar dari Etnis Cina di Kota Santri.
Bangunan tua itu persis berada di pertigaan Jalan protokol Cianjur, yakni Jalan Otista, Jalan Ir H Juanda, dam Jalan Taifur Yusuf.
Sekilas, siapapun bisa melihat jika bangunan itu merupakan bangunan tua. Sayangnya bangunan tersebut tak terawat hingga bagian atap dan dalam bangunan sudah mulai rusak serta runtuh.
Masyarakat pun kerap menjadikan bangunan itu sebagai patokan jika menunjukan lokasi di sekitarnya atau berhenti dari angkutan umum. Meski banyak yang mengenal bangunan itu dengan sebutan Suge, sebenarnya bangunan itu bernama Gow Su Gwe yang diambil dari nama pemiliknya.
"Dulu itu toko, nama pemiliknya Gow Su Gwe, seorang etnis Cina yang tinggal dan membuka usaha di Cianjur. Bangunan itu dinamakan sesuai nama pemiliknya. Tapi sekarang ini lebih dikenalnya Suge," ungkap sejarawan Cianjur Pepep Johar, Sabtu (2/7/2022).
Pepep menjelaskan Gow Su Gwe merupakan toko kelontong. Namun bukan toko kelontong biasa, melainkan pemasok makanan dan snack untuk orang Eropa, terutama Belanda, pada masa penjajahan.
Kepiawaian Gow Su Gwe sebagai pemilik dalam berdagang dan kemampuannya berbahasa Belanda membuatnya semakin dipercaya menjadi pemasok utama makanan.
"Dulu tidak banyak yang bisa berbahasa Belanda, bahkan para pengusaha dari etnis Cina. Namun Gow Su Gwe ini mau belajar hingga fasih, makanya bisa dipercaya jadi pemasok makanan dan snack untuk bangsa Eropa dan utamanya Belanda di Cianjur," kata dia.
Terpuruk Akibat Isu SARA
Kejayaan Gow Su Gwe bahkan bertahan hingga masa kemerdekaan. Usahanya tidak hanya sebatas makanan dan snack, tetapi juga bahan material.
            
            
            
            
            (ors/ors)