HistoriSib

RAF yang 'Mengajar' Sepak Bola Lewat Sastra

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Senin, 06 Okt 2025 08:00 WIB
(Foto: Ilustrasi Oris Riswan Budiana/detikJabar)
Bandung -

Seorang sastrawan Sunda pernah menjadi Ketua Komisi Teknik dan Kesebelasan Persib Bandung. Maka, selain melaksanakan tugasnya secara langsung yaitu memberikan pandangan, ulasan pertandingan, dan berkoordinasi dengan pelatih kepala, dia juga 'mengajar' sepakbola lewat cerita dalam bahasa Sunda.

Tiada lain, yang dibicarakan ini adalah Rahmatullah Ading Affandie atau biasa disingkat RAF (wafat tahun 2008), penulis cerita berjudul 'Béntang Lapang' (Indonesia: Bintang Lapangan).

RAF adalah Ketua Komisi Teknik dan Kesebelasan Persib sekitar tahun 1955-1964. Memang, cerita ini datang kemudian setelah dia selesai dari tugasnya sebagai Kepala Komisi Teknik dan Kesebelasan Persib.

Namun, isinya tetap relevan dan diakui oleh pemain Persib berjuluk 'Si Kuda Terbang' Aang Witarsa (wafat 1998) dalam tulisan pengantar cerita itu, sebagai 'dongéng nu diselapan pangaweruh téhnik' (cerita yang disisipi pengetahuan teknik sepakbola'.

Selain relevan, menurut Aang Witarsa, cerita itu juga sampai kepada maksud pengarangnya yaitu memberi petunjuk pada para pemain sepakbola muda. Dan pengakuannya, bahwa ketika dia menjadi pemain Persib Bandung, RAF adalah Ketua Komisi Teknik dan Kesebelasan. Sehingga, petuahnya soal sepakbola, bukan tanpa latar belakang.

Siapa Rahmatullah Ading Affandie?

Rahmatullah Ading Affandie lahir di Banjarsari, Ciamis pada 1929. RAF adalah sastrawan yang subur menulis. Semasa muda, dia pernah mengenyam pendidikan khas Belanda, HIS. Dia juga pernah nyantri di Pesantren Miftahul Huda Ciamis, pernah sekolah pertanian di Tasikmalaya, dan setelah tamat SMA di Bandung, dia bersekolah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

RAF pernah bekerja sebagai wartawan, menjadi sutradara dan menulis lakon drama. Tulisannya tersebar di banyak media massa ketika itu, disamping juga cerita-cerita yang dibukukan. 'Béntang Lapang' adalah satu di antara banyak buku cerita yang ditulisnya.

Di samping 'enjoy' dengan dunia tulis-menulis, RAF juga aktif di bidang lain. Di dunia radio, RAF adalah komentator olahraga, khususnya sepakbola. Dia juga Ketua Komisi Teknik dan Kesebelasan Persib pada sekitar tahun 1955-1964.

RAF pernah bekerja sebagai Pegawai Perusahaan Perkebunan Negara IX dan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat, Fraksi Karya Pembangunan. RAF wafat di Bandung pada tahun 2008.

Tentang Bentang Lapang

Cerita di dalam bahasa Sunda ini berpusat pada kisah Basri, seorang bintang lapangan yang pamornya mulai tersisih karena kehadiran Kadir, pemain muda yang dilatihnya sendiri.

Sebagai anak-anak, Kadir mengidolakan Basri, pemain yang dipuja-puji banyak orang karena kepiawanan dan keindahan yang ditampilkannya ketika bertanding di lapangan. Dia bahkan rela menjadi 'pembantu' Basri, meski sekedar membawakan sepatunya usai pertandingan.

Basri pun muncul kasih sayangnya, terlebih, dia dan istrinya Entin belum dikaruniai anak. Maka, Kadir seolah-olah menjadi 'anak angkat' Basri. Dari sini, pendidikan pun dimulai.

Yang menjadi bahan latihan adalah bagaimana mengolah fisik, teknik berlari, menendang, mengumpan bola, menerima umpan, dan banyak lagi teknik lainnya, sampai Kadir dianggap pantas untuk masuk klub, di samping umurnya juga yang telah pas.

RAF, dalam cerita 91 halaman (terbitan Kiblat, 2020) ini bukan hanya 'mengajar' soal teknik sepakbola. Namun juga soal nilai-nilai yang patut dipegang oleh para pemain, terutama integritas.

Bahwa para pemain tidak patut, misalnya, menerima sogokan dari tim lawan untuk 'kalah' dan membuat tim lawan menang. Pokoknya, tidak pantas mencederai tim sendiri. RAF menyentuh pula sisi kejujuran dan semangat baja para pemain.




(orb/orb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork