Kabupaten Sukabumi

Kisah Suhendi, dari Konten Kreator hingga Bawa Kerajinan Bambu Mendunia

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 26 Okt 2025 06:00 WIB
Suhendi bawa kerajinan bambu tembus pasar dunia (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Suara gesekan amplas terdengar berpadu dengan aroma kayu yang hangus dari sebuah rumah sederhana di Kampung Potongan, Desa Tonjong, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Di sudut ruangan, Suhendi (32) meneliti satu per satu mug bambu yang baru keluar dari oven pengering.

Dulu, tangan yang kini terbiasa memegang pisau dan serutan bambu itu lebih akrab dengan gawai dan kamera. Ia adalah seorang konten kreator. Selama dua tahun sebelum pandemi, Suhendi aktif membuat konten wisata dan ekonomi kreatif di media sosial.

"Saya sering liput wisata, pengrajin, petani, dan pelaku usaha kecil. Suatu kali saya buat konten tentang seorang pengrajin bambu yang membuat gelas manual. Videonya ternyata viral, banyak yang pesan dari mana-mana," tutur Suhendi, Sabtu (25/10/2025).

Peristiwa sederhana itu mengubah arah hidupnya. Melihat antusiasme publik terhadap karya bambu, ia mulai bereksperimen sendiri. Dari rasa penasaran, lahir mug-mug bambu pertama buatannya. Setelah pandemi, Suhendi memutuskan untuk menekuni sepenuhnya dunia yang dulu hanya ia dokumentasikan.

"Selepas Covid saya putuskan fokus menjadi pengrajin. Sekarang saya mempekerjakan tetangga di sekitar rumah," katanya pelan.

Di lingkungan tempat tinggalnya, bambu tumbuh melimpah di tepi-tepi sawah dan pinggir sungai. Sebagian besar hanya ditebang untuk pagar atau bahan bakar. Di tangan Suhendi, batang-batang itu disulap menjadi mug, tumbler, wadah sendok, hingga tempat bolpoin yang kini diminati pembeli dari berbagai negara.

"Di kampung saya, bambu ini berlimpah tapi jarang dimanfaatkan. Padahal bambu itu unik, cepat tumbuh, dan ramah lingkungan," ujarnya.

Suhendi bawa kerajinan bambu tembus pasar dunia Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Proses pembuatannya dilakukan dengan penuh ketelitian. Setelah dipotong, bambu dikeringkan menggunakan oven gas dan tungku api tradisional. Proses itu tak hanya mengurangi kadar air, tetapi juga membunuh telur-telur serangga di dalam serat bambu.

"Kalau tidak kering betul, bambu bisa berjamur. Itu tantangan utama," jelasnya.

Produk yang diberi nama Eagle Gemilang ini berdiri pada 10 Juli 2023. Dari bengkel kecil di Palabuhanratu, produknya kini menembus pasar Australia, Korea Selatan, hingga Jerman. Setiap mug dikirim dengan logo perusahaan pembeli yang diukir di permukaannya.

"Alhamdulillah, kami sudah memiliki PT perorangan dan sertifikat UMKM naik kelas. Itu membuat pembeli dari luar negeri percaya," katanya.



Simak Video "Video: Mengenal Akademi Edukreator YouTube Indonesia"


(sya/dir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork