Kisah Cibuntu, Desa Tertinggal yang Dirusak Tambang Jadi Destinasi Wisata

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 28 Okt 2025 07:00 WIB
Suasana Desa Wisata Cibuntu Kuningan (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Kuningan -

Salah satu desa wisata unggulan yang ada di Kabupaten Kuningan adalah Desa Wisata Cibuntu yang berlokasi di Kecamatan Pasawahan. Di balik panorama yang indah serta fasilitas wisatanya yang lengkap. Ternyata, dulu Desa Wisata Cibuntu merupakan desa tertinggal dan menjadi lokasi tambang pasir atau galian C.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) Teja Pundi Kencana Desa Cibuntu, Adang Sukanda. Menurutnya, sebelum menjadi desa wisata, Cibuntu merupakan desa tertinggal yang masuk ke dalam program Inpres Desa Tertinggal atau IDT.

Kala itu, sulitnya mencari pekerjaan di desa, membuat banyak penduduk bekerja sebagai perantau di luar kota. Tak hanya itu, sebelum menjadi Desa Wisata, Cibuntu juga menjadi lokasi tambang pasir galian C yang membahayakan warga dan merusak lingkungan.

"Dulu desa tertinggal masuk IDT. Karena dari sisi perekonomian dan fasilitas masih jauh. Mayoritas masyarakat memang perantau. Di sini juga jadi tempat tambang pasir galian C. Tebing-tebing itu tadinya galian C. Dampak galian pasir saat itu tidak ada untuk masyarakat, malah merusak lingkungan, masyarakat paling jadi tukang parkir truck," tutur Adang. Senin (27/10/2025).

Melihat kondisi desa tersebut, muncul ide dari warga Desa Cibuntu yang berada di perantauan untuk membuat desa wisata. Tujuannya adalah agar bisa membuka lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian di desa. Akhirnya, sekitar tahun 2011, dimulailah riset bersama para akademisi dan warga desa untuk mengulik lebih jauh tentang potensi dari Desa Cibuntu.

"Ada beberapa warga sini yang di perantauan punya perhatian ke desa. Setelah melalui beberapa kajian dengan menggandeng Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta layak nggak untuk jadi desa wisata. Alhamdulillah masyarakat setuju, karena modal awal desa wisata itu masyarakatnya. Terus di tahun 2012 kita launching Desa Wisata," tutur Adang.

Saat dibuka, Desa Wisata Cibuntu menawarkan beberapa fasilitas seperti agrowisata, kampung domba, panorama alam, makanan khas, upacara tradisi, permainan tradisional, homestay, bumi perkemahan dan masih banyak lagi.

Semenjak menjadi desa wisata, karena tidak memberikan manfaat kepada penduduk desa, tambang pasir galian C yang ada di Desa Cibuntu ditutup. Tak hanya ditutup, bekas tambang pasir tersebut dimanfaatkan untuk menjadi area objek wisata alam Desa Cibuntu, yang di dalamnya terdapat kolam renang, curug dan area perkemahan. Meskipun sempat terkendala biaya, namun, dengan bantuan para investor dan CSR kendala tersebut dapat dilewati.

"Karena dampak galian pasir tidak ada dan banyak dampak negatifnya sama pak Kuwu distop. Di Tahun 2017 area bekas tambang pasir kita tata, kasih tanah, kasih tumbuhan kita coba hijaukan kembali. Kendalanya itu paling biaya untuk menghijaukan kembalinya apalagi total luasnya itu sekitar 2 hektar," tutur Adang.

Adang memaparkan, ada beberapa manfaat yang dirasakan penduduk semenjak adanya desa wisata seperti bisa menyerap tenaga kerja sehingga penduduk yang bekerja di luar kota bisa ditekan, menggerakkan perekonomian desa, memberikan bantuan kepada masyarakat, serta bisa menambah Pendapat Asli Desa (PAD).

"Rumah-rumah masyarakat kita jadikan homestay untuk memberdayakan masyarakat. Jadi kita tidak membangun villa. Ada sekitar 60 homestay dengan 107 kamar. Cuman pengelolaannya semuanya dari Bumdes. Penduduk desa khususnya anak muda sekarang sudah nggak merantau lagi. Kita juga punya kelompok wanita tani (KWT) untuk memproduksi produk," tutur Adang.

Suasana Desa Wisata Cibuntu Kuningan Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Di tahun 2024, lanjut Adang, lewat desa wisata. BUMdes bisa menambah pendapatan asli desa mencapai Rp 70 juta rupiah per tahun. Selain itu, pihaknya juga memberikan bantuan sosial kepada masyarakat Desa Cibuntu yang membutuhkan.

"Dana sosial untuk masyarakat juga saya berikan setiap tahun. Bahkan, rumah penduduk juga kita banyak dijadikan sebagai penginapan sehingga bisa menambah pemasukan dari penduduk. Lahan desa yang tidak terpakai juga kita kelola. Alhamdulillah jadi produktif di sini," tutur Adang.

Lewat kerja keras dan gotong royong, semenjak menjadi desa wisata, Desa Cibuntu meraih beberapa penghargaan seperti Juara V Desa Wisata Nusantara 2024, Penghargaan Kalpataru 2023 kategori pengembangan jejaring Ekowisata, Desa Wisata Mandiri Inspiratif tahun 2021 dan peringkat 5 Homestay terbaik se ASEAN di tahun 2016.

Tidak puas dengan beberapa penghargaan di atas, ke depan, Desa Wisata Cibuntu akan terus melakukan inovasi serta pengembangan agar Desa Wisata Cibuntu dapat lebih maju dan berkembang.

"Target kita kan setiap tahun ada yang baru. Lahan lahan yang tidak produktif juga akan coba diproduktifkan. Sekarang juga lagi garap perkebunan kopi sekitar 3 hektar. Sudah ditanam cuman belum panen, Mudah-mudahan bisa dipanen tahun depan," pungkas Adang.




(yum/yum)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork