Kisah Nedi, Kuda dan Delman yang Mulai Terlupakan di Kuningan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 29 Mei 2025 18:00 WIB
Nedi bersama kuda Tunggangnya di Alun-Alun Kuningan (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Kuningan -

Siang itu, di depan Alun-Alun Kuningan, Jalan Veteran, Kabupaten Kuningan, tampak berjejer beberapa kuda tunggang dengan dihias aneka aksesoris di bagian punggung dan muka kuda.

Sambil menunggu penumpang, beberapa kuda tunggang tersebut tampak dijaga oleh para pemiliknya agar tidak lepas. Salah satu pemilik kuda tunggang adalah Nedi (34). Bersama kudanya, hampir setiap hari Nedi mangkal di depan Alun-alun Kuningan.

Sambil menunggu penumpang, Nedi bercerita, bahwa sebelum berprofesi menjadi penyewa kuda tunggang, Nedi merupakan seorang kusir delman. Menurutnya, profesi menjadi seorang kusir delman merupakan profesi yang sudah dilakoni oleh keluarganya secara turun-temurun.

"Kalau ngurus kuda sudah dari kecil, dari kakek itu sudah jadi kusir delman, sudah tiga generasi turun-temurun. Kalau kakek itu ngurusnya kuda liar buat dijinakkan sama dilatih, pawangnya lah," tutur Nedi, belum lama ini.

Meski profesinya sudah dilakoni keluarganya secara turun temurun, tetapi beberapa tahun yang lalu, Nedi memutuskan untuk berhenti menjadi kusir delman dan berganti profesi menjadi tukang sewa kuda tunggang.

Alasan Nedi berhenti menjadi seorang kusir delman adalah karena biaya yang dikeluarkan untuk perawatan delman hias yang cukup besar, ditambah dengan sepinya peminat orang untuk naik delman hias.

"Kalau kuda tunggang simple, jaraknya juga nggak terlalu jauh. Nggak perlu lampu hias yang pakai kki juga, jadi lebih gampang. Baru menekuni kuda tunggang itu pas tahun 2020, semenjak pendapatan delman menurun saja," tutur Nedi.

Menurut Nedi, meskipun sudah berhenti menjadi kusir delman dan berganti menjadi tukang sewa kuda tunggang, pendapatan sehari-hari Nedi masih tidak menentu. Dengan kondisi tersebut, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nedi akan merantau ke Jakarta untuk bekerja

"Sekarang mah yang punya kuda tunggang sudah banyak. Paling banyak Rp 80.000 atau Rp 50.000. Kalau lagi rezeki paling dua putaran, atau satu putaran, kadang malah nggak narik sama sekali. Pengunjungnya sudah berkurang. Kalau ada kerjaan di Jakarta, saya lebih milih berangkat ke Jakarta. Di sini tidak menentu, "tutur Nedi.




(dir/dir)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork