Asa Firman Harumkan Handmade Craft Bandung ke Asia-Eropa

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 23 Mar 2024 06:00 WIB
Menengok tempat produksi handmade craft Cabaco yang merambah pasar luar negeri. Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Palu kayu dipukul-pukulkan seorang pria ke paku yang digunakan untuk menarik kulit sepatu yang ditempelkan ke sulas. Palu itu terus dipukul-pukulkan sekuat tenaga demi menghasilkan bentuk sepatu yang diinginkan.

Sesekali pria berkacamata hitam dan mengenakan kaus berwarna hijau tua itu mengangkat sepatu kulitnya. Dengan teliti, dia melihat setiap sudut sepatu kulit itu, apakah bentuknya sudah seperti yang diinginkan atau harus dipukul-pukul kembali agar kulitnya tertarik dan bentuknya menjadi sempurna.

Setelah seluruh kulit bagian bawah sepatu itu tertarik dan bentuknya mengikuti sulas, hingga menghasilkan bentuk yang diinginkan, pria itu langsung menyimpan sepatu kulit tersebut dan mengambil kulit lainnya untuk dibentuk kembali menjadi sepatu.

Pria itu bernama Firman Hamzah, warga Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat. Dalam menjalankan bisnisnya, ayah tiga anak itu sudah hampir delapan tahun menjadi perajin produk handmade craft di Kota Bandung.

Seperti diketahui, saat ini eksistensi produk craft di Kota Bandung dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan. Perajin craft di Kota Kembang ini pun terus bermunculan dengan produk yang memiliki nilai jual tinggi.

Pria yang kini berumur 42 tahun itu, melakukan aktivitas membuat sepatu kulit di lantai 2 rumahnya. Fiman menyulap sebagian ruangan untuk digunakan sebagai tempat produksi. Terdapat sejumlah mesin, satu rak berisi bahan baku kulit, rak berisi cat kulit hingga banyak perkakas yang tersimpan disetiap sudut ruangan

detikJabar berkesempatan berbincang dengan Firman. Tak hanya membuat sepatu kulit, beragam produk craft seperti aksesoris, dompet, tas hingga kebutuhan home decor berbahan baku kulit diproduksinya.

Kepada detikJabar, usaha handmade craft miliknya dibangun sejak tahun 2016 lalu dan dinamai Cabaco. Cabaco merupakan singkatan dari Crafter Bandung Company.

"Beragam produk craft bisa saya buat. Bahan baku kita fokus ke kulit, ada kulit sapi, kulit kambing, kulit kerbau dan sekarang mulai ke kulit buaya," kata Firman kepada detikJabar, Jumat, 22 Maret 2024.

Firman mengungkapkan, produk craft yang dibuatnya memiliki sasaran konsumen dari mulai menengah dan atas. Karena hal tersebut, kualitas sangat dijaga dan pemilihan kulitnya pun tidak asal-asalan.

"Target kita menengah ke atas, lokal dan luar negeri. Kulit yang kita pakai lokal dan impor. Lokal dari Magetan dan Garut, impor dari Italy dan Bangladesh," ungkapnya.

Firman menyebut, pada awalnya dia memproduksi sepatu. Karena pasar saat ini sedang ramai untuk produk aksesoris, dia pun juga turut menggelutinya.

"Lagi banyak lokal sekarang pesanan, kaya dompet, aksesoris. Harga dari mulai Rp 150 ribu sampai Rp 3 juta, termurah dari aksesoris dan termahal itu sepatu," sebutnya.

"Kita sekarang banyak menyasar pasar lokal, karena produk banyak dijual di pameran dan hotel," tambahnya.

Menengok tempat produksi handmade craft Cabaco yang merambah pasar luar negeri. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Sasar Pasar Asia-Eropa

Meski produk craft yang dibuatnya saat ini dipasarkan di pasar lokal, Firman mengatakan, jika pemesanan dari luar negeri secara individu masih ada. "Kita kirim ke UK (United Kingdom), Singapura, Filipina dan Italy," sebutnya.

Saat ini, menurut Firman ratusan produk craft dapat dibuat di tempatnya. Karena permintaan terhadap produk craft terus berdatangan.

"Kapasitas produksi 200-500 pcs dengan beragam jenis produk," tuturnya.

Sesuai pangsa pasar, Firman mengklaim jika produk craft yang dia buat kualitasnya tidak main-main. Karena untuk menjalani usaha hingga bertahan betahun-tahun dibutuhkan kepercayaan konsumen terhadap dirinya. Salah satu untuk menjaga kepercayaan konsumen, dia buat produk yang bisa membuat puas konsumen.

"Banyak orang yang beli ke saya beralasan jika beli di sini bisa costum dan jahitannya rapih," tuturnya.

Selain aksesoris, Firman mengatakan jika dia ingin kembali memproduksi sepatu dan saat ini progresnya masih dalam tahap riset. "Target kita lagi riset mau balik lagi ke sepatu. Saya ingin kembali produksi sepatu secara masal," paparnya.

Kemudahan Transaksi Digital

Kemajuan teknologi, khusunya dalam transaksi digital harus terus diikuti para pelaku usaha. Seperti yang dilakukan Firman, selain bisa transaksi secara tunai, Firman juga menyebut konsumen juga bisa bertransaksi secara digital.

"Saya ada EDC dan QRIS BRI," ujarnya.

Karena Firman tak membuka offline store, tapi dia kerap mengikuti pameran, seperti saat ini tiga pameran sekaligus diikuti olehnya, transaksi digital sangat dibutuhkan.

"Kalau pameran kerasa banget, membantu banget. Kebanyakan di pameran transkasinya digital itu," ujarnya.

Firman juga sudah bersiap, jika ada pelanggan yang bertransaksi menggunakan transaksi digital. "Bakal sering dipakai, orang jarang bawa uang cash sekarang, karen saat ini tap-tap sudah," tambahnya.

Tak hanya merchant, sebagai UMKM binaan Bank BRI, Firman juga getol mengikuti kegiatan Rumah BUMN BRI, bahkan dia juga masuk ke group Whatsapp UMKM binaan BRI.

"Dari BRI selain ada pameran Brilianpreneur ada juga pelatihan UMKM naik level. Lebih ke pelatihan, seminar-seminar, pelatihan marketing dan kita juga dikenalkan soal sertifikat HAKI dan halal," tuturnya.

Menengok tempat produksi handmade craft Cabaco yang merambah pasar luar negeri. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Kerja sama Kota Bandung dan Singapura

Penjualan produk craft yang dilakukan Firman ke Singapura, sejalan dengan kerjasama yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dengan Kementerian Luar Negeri Singapura. Beragam kerja sama ditawarkan Singapura kepada Pemkot Bandung, salah satunya dalam keja sama produk craft dan UMKM.

Pj Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono sambut baik tawaran kerja sama itu. Menurutnya, sejak 2014 Kota Bandung memiliki histori panjang dalam kerjasama dengan Singapura.

"Saya punya harapan besar jika kerja sama ini bisa berlanjut baik, terutama dalam aspek transportasi, ekonomi, lingkungan, sosial, dan lain sebagainya. Kompleksitas Kota Bandung bisa menjadi potensi kerja sama bagi Singapura, salah satunya adalah melalui produk UMKM," kata Bambang di Bandung.

Bambang mengungkapkan, Kota Bandung memiliki lebih dari 10.000 produk UMKM yang butuh untuk dicarikan pangsa pasarnya di Singapura. Terlebih Kota Bandung juga memiliki potensi dalam bidang fesyen dan craft.

"Saya berharap kerja sama ini bisa menghasilkan informasi mengenai pangsa pasar dan sertifikasi yang harus dipenuhi oleh UMKM jika ingin memperluas jangkauan ke Singapura," jelasnya.

Menengok tempat produksi handmade craft Cabaco yang merambah pasar luar negeri. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Produk UMKM Binaan BRI Go Global

Kehadiran tiga Rumah BUMN BRI di wilayah BRI Regional Office Bandung yakni di Bandung, Purwakarta dan Tasikmalaya diharapkan menjadikan UMKM naik kelas hingga produknya dikenal diseluruh dunia.

"BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM, go modern, go digital, go online dan go global," kata Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi kepada detikJabar.

Dalam pemberdayaan UMKM, pihaknya juga memanfaatkan LinkUMKM. LinkUMKM merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi.

"Terdapat scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ujarnya.

Sadmiadi berharap, dalam menjalankan usahanya para pelaku UMKM juga dapat memanfaatkan fasilitas merchant BRI demi kemudahan transkasinya.

Menurutnya, saat ini lebih dari 400 ribu pelaku usaha di Jabar menggunakan merchant BRI. Salah satunya menggunakan Electronic Data Capture (EDC) atau QRIS.

"Dengan jumlah pemegang kartu BRI sebanyak 7,4 juta di wilayah Jabar, maka merchant akan lebih efisien jika kartu BRI ditransaksikan pada EDC BRI," ujarnya.

Menengok tempat produksi handmade craft Cabaco yang merambah pasar luar negeri. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Manfaat Merchant BRI Bagi Pelaku Usaha dan Masyarakat

Sadmiadi mengatakan, banyak keuntungan yang didapatkan palaku usaha jika bertransaksi dengan memanfaatkan merchant BRI. Di mana pembayaran dilakukan secara cashless melalui EDC atau QRIS.

"Memberikan rasa aman dalam memperoleh pembayaran karena dapat menghindari pembayaran uang palsu dan lebih mudah dalam mengelola keuangan karena pembayaran secara cashless," ucapnya.

Selain itu, lebih simple karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian. "Tidak perlu repot ke bank untuk menabungkan uang karena pembayaran langsung masuk ke rekening," tuturnya.

Sementara itu, keuntungan bagi mayarakat yakni transkasi lebih simple karena tidak perlu membayar dengan uang cash, pembayaran menggunakan kartu atau scan barcode QRIS.

"Selain itu, kekinian dan knsumen khususnya konsumen nasabah BRI dapat menikmati program-program promo dari merchant kerjasama BRI," pungkasnya.




(wip/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork