Renovasi gapura Gedung Sate tengah menjadi sorotan. Proyek yang mengusung konsep arsitektur bergaya candi itu justru memantik perdebatan publik, termasuk kalangan legislatif. Mereka menanyakan sebesar renovasi gapura jika dibandingkan dengan kebutuhan beasiswa santri tidak mampu di Jawa Barat.
Pertanyaan itu diangkat Fraksi PPP DPRD Jabar melalui ketuanya, Zaini Shofari. Di tengah kebijakan efisiensi yang terus didorong Pemprov Jabar, ia menilai penggunaan anggaran Rp3,9 miliar untuk membangun gerbang baru Gedung Sate sebagai keputusan yang sulit dipahami.
Di sisi lain, dia membandingkan anggaran yang disiapkan Pemprov Jabar untuk beasiswa santri kurang mampu hanya Rp5,1 miliar di tahun 2025, hanya terpaut Rp1,2 miliar dari biaya pemugaran gapura Gedung Sate. "Harga pagar Rp3,9 miliar itu tidak sebanding dengan kebutuhan Rp5,1 miliar untuk santri tidak mampu. Ini bisa dikomparasi," ujar Zaini, Senin (24/11/2025).
Perbandingan yang ia maksud bukan semata angka. Bagi Zaini, prioritas anggaran di masa efisiensi seharusnya terlebih dulu menyentuh kebutuhan sosial yang mendesak. Apalagi, alokasi beasiswa santri tidak mampu justru mengalami penyusutan besar, disunat menjadi Rp5,1 miliar dari sebelumnya sekitar Rp150 miliar.
"Bandingkan, Rp3,9 miliar hanya selisih sekitar Rp1,2 miliar untuk beasiswa santri tidak mampu di Jawa Barat. Itu kan pemborosan kalau tidak ditempatkan dengan tepat. Masih banyak hal-hal yang perlu dibereskan, yang intinya, tidak terlalu urgensi. Masih banyak kebutuhan lain," katanya.
Dalam pandangan Zaini, pembangunan gapura baru tidak hanya bermasalah dari sisi prioritas, tetapi juga kejelasan konsep. Ia menyoroti penggunaan istilah Candi Bentar dalam proyek tersebut yang dinilainya tidak tepat secara arsitektural. "Candi Bentar itu bahasa Sansekerta artinya terbelah. Candi itu tengahnya dibelah. Maka ketika sudah dibelah, kiri kanannya itu pasti lurus, tapi yang sekarang berbeda," ujarnya.
Ia menambahkan, bentuk gerbang masuk Gedung Sate saat ini yang masih utuh tidak mencerminkan karakter Candi Bentar, sehingga penamaannya tidak sesuai dengan kaidah arsitektur bangunan utama.
Gedung Sate sendiri, yang dibangun pada 1920 oleh arsitek Ir. J. Gerber, merupakan perpaduan gaya Hindu, Islam, unsur Alhambra dari Granada, hingga sentuhan Art Deco khas kolonial Bandung. Bagi Zaini, setiap elemen baru seharusnya tetap mengikuti garis besar karakter itu. "Jangan asal comot. Tapi harus bernafaskan bangunan utamanya," ucapnya.
Dengan catatan-catatan tersebut, Zaini berharap Pemprov Jabar lebih cermat dalam menentukan skala prioritas belanja. Apalagi kini Jawa Barat berada dalam fase efisiensi anggaran yang ketat. "Tapi yang intinya tidak urgensi, masih banyak hal-hal yang perlu dibereskan soal lain," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Jabar, Mas Adi Komar menjelaskan revitalisasi gapura dilakukan sebagai bagian dari upaya memperkuat karakter visual Gedung Sate.
"Memang secara umum kota pemerintah terus berbenah kaitan dengan lingkungan dan sarana prasarana di Gedung Sate karena sebagai ikon Jawa Barat dan perlu representasi visual yang lebih kuat terkait kekhasan Jawa Barat," ujarnya, Kamis (20/11/2025).
Adi menyebut, revitalisasi gapura ini sudah masuk dalam rencana APBD Perubahan 2025. Ia menegaskan kembali pentingnya penguatan identitas budaya dalam wajah baru Gedung Sate. "Kita sudah merencanakan revitalisasi arena muka dan pagar beberapa item di lingkungan Gedung Sate di APBD Perubahan, dan salah satunya pembangunan gapura," katanya.
"Jadi kantor gubernur ikon Jawa Barat perlu memiliki representasi visual yang lebih kuat sebagai identitas kekhasan Jawa Barat," sambungnya.
Konsep arsitektur gapura baru menggabungkan unsur tradisi dan modernitas. Menurut Adi, desainnya mengangkat elemen candi bentar, yang sebenarnya sudah lama menjadi bagian dari lanskap bangunan Gedung Sate.
"Itu desainnya mengangkat elemen arsitektur candi bentar, itu memang sudah menjadi bagian dari Gedung Sate yang sudah lama dibangun jadi ada unsur candi bentar di area kompleks Gedung Sate," jelasnya.
Renovasi gapura ini telah dialokasikan dalam APBD Perubahan 2025. Adi mengungkapkan jika dana yang dihabiskan untuk revitalisasi pagar dan gapura itu mencapai Rp3,9 miliar. "Pembangunan ini sudah direncanakan di APBD Perubahan dan sudah dianggarkan kurang lebih Rp3,9 miliar untuk renovasi infrastruktur khususnya gapura," jelasnya.
Sementara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi buka suara soal perdebatan renovasi gapura Gedung Sate. Ia memastikan, pembangunan itu sudah dilakukan dengan proses perencanaan bersama arsitektur yang handal.
"Jangan ngikutin netizen. Kita ngikutin arsitek, gitu loh. Kalau ngikutin netizen, enggak akan selesai-selesai, nanti ada banyak versinya," kata Dedi Mulyadi dikutip Jumat (21/11/2025).
Dedi Mulyadi mengaku pembangunan Gapura Candi Bentar bukan datang secara sembarangan. Secara pribadi, pihaknya mengaku telah mematangkan konsep gapura itu untuk menyempurnakan tata ruang-ruang gedung bersejarah.
"Tapi banyak netizen juga yang memuji, kok. Enggak ada masalah. Kita ikutin arsitek yang ahli di bidang penataan ruang, terutama untuk membangun, menata, menyempurnakan ruang-ruang gedung yang bersejarah," jelasnya.
(iqk/iqk)