Jembatan gantung yang ada di wilayah Cirebon Timur dan digunakan sebagai akses penghubung Jawa Barat-Jawa Tengah ambrol. Kejadian tersebut membuat heboh warga karena umur jembatan itu belum terlalu lama.
Berikut 5 fakta dalam kejadian ini:
Sempat Jadi Ikon Baru
Jembatan gantung penghubung Jawa Barat-Jawa Tengah yang baru diresmikan Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sempat jadi ikon baru di wilayah Cirebon Timur.
Jembatan itu mendadak roboh tanpa penyebab pasti. Video runtuhnya jembatan tersebut pun viral di berbagai platform media sosial dan menjadi perbincangan masyarakat.
Masih Seumur Jagung
Padahal, usia jembatan ini belum genap empat bulan. Kini fasilitas penghubung yang berada di Desa Losari Lor, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon itu tidak lagi dapat digunakan warga perbatasan. Pemerintah desa dari kedua wilayah bahkan telah sepakat memasang batang bambu dan kayu sebagai penanda bahwa jembatan tidak boleh dilalui demi keselamatan.
Muslih (48), warga setempat, mengatakan jembatan tersebut sebelumnya menjadi ikon baru desa dan kerap dijadikan tempat warga bersantai pada sore hari. Namun hal itu kini tidak bisa dilakukan lagi setelah fondasi jembatan ambrol, membuat penopang jembatan gantung tidak kokoh.
"Jembatan ini padahal baru banget dibangun. Tapi enggak tahu apa sebabnya, tiba-tiba ambrol begitu saja, seperti susunan batu penyangganya roboh," ujarnya, Senin (17/11).
Bantu Mobilitas 2 Provinsi
Muslih mengaku keberadaan jembatan sangat membantu mobilitas warga dua provinsi. "Dulu kalau mau ke kampung seberang (Jawa Tengah) jaraknya 8 kilometer, jalan kaki bisa 30 menit. Setelah ada jembatan ini cuma butuh 5 menit," tuturnya.
Jembatan tersebut memiliki panjang 230 meter dan lebar 1,8 meter. Pembangunannya menggunakan APBN dengan nilai sekitar Rp13,8 miliar, dan rampung pada Agustus 2025.
Digunakan Pejalan Kaki dan Pengendara Motor
Sebelumnya, perwakilan DJBM Kementerian PU, Rina Kumala Sari, menjelaskan bahwa jembatan ini dibangun melalui program RIC 2024-2025 dan diperuntukkan bagi pejalan kaki serta kendaraan roda dua, dengan kapasitas maksimal 40 orang sekali lintasan.
"Tujuannya jelas, untuk mempermudah akses warga ke sekolah, tempat kerja, hingga distribusi hasil pertanian dan peternakan. Manfaatnya sudah dirasakan sejak hari pertama," kata Rina.
Jembatan Digunakan Secara Tertib
Ia juga menekankan pentingnya penggunaan jembatan secara tertib dan aman, seperti tidak bersandar pada tali jembatan, menghindari melintas saat hujan deras atau banjir, dan tidak melakukan tindakan yang dapat merusak struktur.
"Kami berharap masyarakat bisa bijak menggunakan jembatan ini. Jangan lupa menjaga kebersihan dan keselamatan saat melintas," tegasnya.
(wip/sud)