Kampung Cimapag, Kabupaten Sukabumi, yang sunyi itu mendadak riuh, kala gemuruh longsor datang menerjang. 33 orang tercatat tewas dalam bencana tersebut.
Senin, 31 Desember 2019 sore, hujan deras mengguyur sebagian wilayah Kecamatan Cisolok. Menjelang sore hari sebuah informasi masuk mengabarkan longsor menerjang di wilayah kampung kasepuhan adat Banten Kidul.
"Kami mendapat informasi adanya bencana tanah longsor di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi," kata Herdy Somantri yang kala itu menjabat sebagai Kasubag Humas Pemkab Sukabumi kepada detikcom membenarkan kabar itu melalui sambungan telepon.
Baca juga: Tetesan Darah Jaksa di Pengadilan Bandung |
"Info sore tadi ada 20 rumah, namun hingga malam ini dikabarkan ada 34 rumah yang tertimbun," ucap Herdy menambahkan.
Kabar itu juga membuat Bupati Sukabumi Marwan Hamami berencana langsung menuju lokasi, begitu juga sejumlah unsur SAR. "Seluruh unsur Sarda, BPBD saat ini dalam perjalanan menuju lokasi," ucap Herdy.
Dari lokasi, kabar lain menyebut ada 107 jiwa yang menjadi korban longsor. Proses evakuasi dilakukan sejak hari pertama peristiwa memilukan itu terjadi. Meskipun belum ada data resmi, dipastikan ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
"Dari 107 jiwa, 33 jiwa sudah ditemukan dengan kondisi selamat. Dua tewas dan sisanya masih belum diketahui," kata Kepala Desa Sinaresmi Iwan kepada detikcom melalui sambungan telepon, Senin (31/12/2019).
Iwan menuturkan proses evakuasi melibatkan sejumlah relawan SAR, termasuk warga setempat kepolisian dan TNI. Evakuasi terhambat minimnya penerangan di sekitar lokasi.
"Lampu padam, jadi gelap kita memanfaatkan peralatan seadanya," ucap Jaro Iwan.
Dari informasi yang diperoleh, longsor dipicu hujan deras mengguyur lokasi sekitar pukul 16.30 WIB, karena tingginya intensitas air hujan membuat area perbukitan dan sawah di sekitar lokasi longsor.
Lokasi kampung adat dihuni ratusan warga itu berada tepat di bawah area longsoran tersebut.
Malam pergantian tahun dilewati detikcom di kawasan kampung adat yang wargnya dikenal ramah dan menjaga erat tradisi. Warga setempat menyambut ramah wajah-wajah baru yang terus berdatangan untuk memberikan pertolongan.
Proses evakuasi korban tertimbun longsor di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat masih berlanjut. Sempat terdengar suara erangan dari arah timbunan longsor.
"Proses evakuasi kembali dilanjutkan di tengah hujan, tadi sempat terdengar suara erangan. Suara itu membuat tim evakuasi kembali semangat melakukan pencarian," kata Kapolres Sukabumi yang saat itu dijabat AKBP Nasriadi, Selasa (1/1/2019).
Nasriadi menambahkan saat ini jumlah korban tewas berjumlah 2 orang, 60 selamat, dan 4 mengalami luka berat dan dirujuk ke RSUD Palabuhanratu.
"Kampung itu dihuni oleh 32 kepala keluarga (KK), (terdiri dari) 107 jiwa, proses pencarian masih dilakukan manual. Selain personel kami ada juga dari BPBD, TNI, Basarnas dan relawan," lanjutnya.
Diketahui, dua korban sudah ditemukan dengan kondisi tidak bernyawa, korban bernama Hendra (38) dan Sasa (7). Nasriadi mengatakan ada 41 orang yang belum diketahui keberadaannya dan diduga masih menjadi korban terkubur longsor.
Kala itu data terus masuk, Nasriadi mengungkap ada 66 orang yang dinyatakan selamat dua di antaranya diboyong ke rumah sakit karena mengalami luka. "Dua orang masing-masing, Entin (26) dan Aham (60) dilarikan ke RSUD Palabuhanratu," katanya.
Tanah Gunung Surandil mengalami longsor setelah sebelumnya hujan melanda kawasan tersebut. "Pemukiman warga berada tepat di bawah area perbukitan Gunung Surandil," kata Nasriadi.
Proses evakuasi dbayangi kekhawatiran longsor susulan, getaran dan gerakan tanah masih terjadi malam dan siang hari. Tak heran, relawan dan Tim SAR yang berjibaku melakukan pencarian kerap dilanda kepanikan saat suara gemuruh dari atas perbukitan Gunung Surandil sekitar pukul 07.30 WIB, Selasa (1/1/2019). Bahkan Beberapa warga yang nekat memasuki area pencarian korban terlihat kocar-kacir berlarian ke arah perkampungan.
detikcom yang saat itu berada di lokasi juga merasakan langsung gemuruh disertai getaran dan longsoran tanah dari tebing perbukitan setinggi kurang lebih 200 meter tersebut.
"Tolong ada gemuruh, mundur dulu relawan semua warga di lokasi pencarian mundur," teriak petugas melalui pengeras suara.
Namun kondisi itu tidak berlangsung lama, sekitar 10 detik gemuruh berhenti dan proses pencarian kembali dilanjutkan.
(sya/mso)