Mitos buang celana dalam dan kutang di Gunung Sanggabuana jelang malam satu suro jadi sorotan. Mitos ini ternyata sudah lama terdengar di kalangan warga sekitar.
Fenomena buang celana dan kutang bagi warga di wilayah pegunungan Sanggabuana sudah tidak asing terdengar. Hal itu seolah hal biasa yang terjadi dan bukan hanya setiap tahun, melainkan selalu dilakukan pada malam Jum'at kliwon.
Dari penelusuran detikJabar, ritual buang celana dan kutang merupakan ritual yang dilakukan sejak dulu. Salah satu pegiat budaya Karawang, Nace Permana mengatakan sebelum dirinya lahir di wilayah Sanggabuana ritual buang celana dalam dan kutang sudah ada.
"Jauh sebelum saya lahir ritual itu sudah ada, dan itu dilakukan oleh orang-orang yang mempercayai mitos buang sial dengan buang pakaian usai ziarah ke makom yang ada di Sanggabuana," kata Nace saat diwawancarai, Jum'at (29/7/2022).
Namun dikatakannya, ritual itu tidak seramai dilakukan saat ini. Bahkan menurutnya, dulu sampai pakaian yang dikenakan juga turut dibuang.
"Dulu itu biasanya orang-orang tertentu dan tidak banyak, dan bukan hanya celana dalam dan kutang biasanya juga pakaian yang dia itu dibuang," ucap dia.
Soal siapa yang jadi pencetus ritual itu, ia menyebut ritual itu datang dengan sendirinya dari peziarah yang datang ke Sanggabuana. Menurutnya, peziarah meyakini membuang celana dalam dan kutang bisa membuang sial.
"Tidak tau siapa yang awal mula membawa ritual itu, yang pasti hal itu dilakukan oleh peziarah yang datang ke Sanggabuana, dan meyakini ketika buang pakaian usai mandi di pancuran mata air akan membuang sial dan kembali suci," katanya.
Kegiatan ritual itu sendiri dikatakannya tidak dilakukan saat hari-hari khusus. Pada hari-hari biasa juga mereka kerap melakukan hal tersebut.
"Ritual itu dilakukan setiap ada peziarah tidak juga saat malam suro ataupun hari-hari keramat, pokoknya bisa ditemukan hari-hari biasa juga, namun biasanya peziarah datang itu malam Jum'at kliwon," ucapnya.
Di sisi lain, ritual itu juga turut dimanfaatkan warga untuk meraup cuan. Beberapa warga bekerja dengan menjadi pendamping atau guide.
"Ramainya peziarah yang datang juga sebenarnya membawa hal positif bagi ekonomi warga, jadi warung ramai yang jajan dan terkadang jadi pengantar atau guide ke pancuran dan dapat upah," terangnya.
Simak Video "OPPO Find X8: Menyentuh Magisnya Malam Satu Suro"
(dir/dir)