Matahari menjelang sembunyi. Di akhir tanggal 13 Zulhijjah. Tampak serombongan jemaah haji yang bergerak meninggalkan Makkah kota suci menuju Jeddah. Mereka akan betolak ke Indonesia setelah berencana semalam menginap di kota Jeddah.
Satu, dua, tiga baris kursi di bus yang akan membawa mereka mulai terisi. Ada jemaah yang belum hadir mengisi kursi. Satu, dua, sepuluh, dua puluh menit bahkan lebih. Para jemaah yang di dalam bus menunggu. Aparat kepolisian Makkah mulai datang memperingatkan. Supaya bus yang dari tadi mengisi penumpang dan koper barang, segera diberangkatkan.
Dari sini mulai muncul kegelisahan para jemaah yang tadinya terus berusaha menahan komentar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ke manakah si fulan, sampai lama begini tidak datang-datang. Semestinya dia yang seorang pegawai pemerintah. Harusnya bisa lebih disiplin dari pada kita-kita." ucap seorang jemaah haji perempuan paruh baya.
"Iya, bukan sekali ini dia terlambat datang. Kami yang datang duluan dijadikan korban," sambut ibu yang lain menambah suasana kurang nyaman.
Untung saja yang ditunggu sebentar lagi datang. Dari situ kegelisahan yang ada menjadi reda.
Astaghfirullah. Fakta kejadian kecil ini boleh jadi bukan sekali dua kali hadir di hadapan masing-masing jemaah calon haji.
Mungkin banyak jemaah yang bisa menemukan kejadian serupa di banyak kesempatan. Ada yang lebih sederhana, bahkan mungkin banyak yang sangat mengganggu suasana.
Kejadian seperti itu kalau bukan di penghujung hari tasyrik, bisa di berbagai waktu sebelumnya. Pada waktu mengantri makan, antri di toilet, antri lift pada saat ramainya orang. Boleh jadi pada saat wukuf di Arafah, mabid di Mina, atau di kesempatan lain.
Fakta kejadian di bus menjadi sangat menarik mengapa? Karena terjadi tepat ketika matahari hendak bermalam meninggalkan siang. Terjadi di penghujung hari tasyrik 13 Zulhijjah.Hari di saat segala laku haji sempurna berakhir.
Pada waktu yang semestinya semua amalan haji sudah sempurna dilakukan. Maka seharusnya hasil amalan hajinya sudah bisa menunjukkan tanda-tanda mabrur. Tanda-tanda itu antara lain diperolehnya kesabaran yang meningkat. Tanda yang lain adalah tidak membicarakan keburukan orang lain sedang yang dibicarakan tidak mengetahui, ghibah.
Namun sayang perilaku mulia menyangkut pelaksanaan ibadah haji masih belum bisa digambarkan secara sempurna. Setidaknya pada para jemaah di dalam bus itu yang bersahutan membicarakan kekurangan orang.
Ghibah adalah dosa yang bukan ringan. Jangankan disampaikan di lisan. Jika disembunyikan di dalam dada saja sudah bisa menjadi sebagian tanda, bahwa hajinya belum berhasil maksimal.
Kurang mampu menahan emosi merupakan pertanda kurang menyenangkan. Pada saat baru saja mengakhiri puncak haji sudah kembali emosional, bagaimana lagi setelahnya nanti. Semoga Gusti Allah Yang Maha Pengampun, Maha Pemaaf, mengampuni dan memaafkan.
Tiba di hotel penginapan sementara di Jeddah. Hotelnya bagus, kamarnya besar, bersih, baru, tidak hiruk. Suasananya tenang dan nyaman.
Jemaah yang tadinya satu kamar berempat, jemaah laki berkumpul laki, jemaah perempuan bersama perempuan (maklum di musim haji hotel bintang lima di area dekat Masjidil Haram tarifnya naik berlipat-lipat).
Nah, di Jeddah para jemaah haji yang berangkat pergi berhaji suami-istri dikumpulkan sepasang-sepasang dalam satu kamar. Boleh jadi ini adalah upaya pihak travel untuk menyempurnakan rasa syukur para jemaah.
Tak diduga satu kamar AC-nya belum bisa dingin. Awal yang tadinya ingin menyempurnakan syukur karena ibadah haji telah berjalan lancar. Tiba-tiba muncul sedikit suasana yang memerlukan pembuktian kesabaran.
Rupanya, bukti mabrurnya haji memang harus terus diuji. Diuji di Makkah, Madinah, Jeddah, dan bahkan insyaallah akan diuji di Tanah Air Indonesia. Akankah seorang yang sudah berhaji mampu menampakkan hasil dari 'latihan' spiritual kesalihan? Sehingga terus mampu meningkatkan amal-amal kebaikannya, terutama sabar!
Beberapa kisah faktual yang menunjukkan sekelumit upaya menggapai haji mabrur digambarkan di dalam sejumlah topik kolom Hikmah online. Contoh-contoh kisah itu ada di kolom detikHikmah di www.detik.com. Di dalam topik-topik berjudul: "Raudah Dirindu, Raudah Jangan Keliru"; "Hajar Aswad, Tak Boleh Terlewat"; "Walau Nakalnya Sungguhan, Hajinya Mabrur Betulan"; "Bekal Berhaji, Bekal Taqwa itu Pilihan".
Mohon kita doakan semoga setiap siapa pun yang berhaji di tahun 1445 H ini, semuanya dimabrurkan Tuhan, aamiin!
----
Abdurachman
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal