Gelisah

Kolom Hikmah

Gelisah

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 23 Feb 2024 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Aunur Rofiq. Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Dalam kehidupan di dunia, setiap orang mempunyai suatu kebutuhan, namun kebutuhan setiap orang akan berbeda. Orang yang berkebutuhan banyak tentu memerlukan upaya yang lebih dibandingkan dengan orang yang berkebutuhan sedikit. Adapun hati yang gelisah karena takut tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Hati gelisah ini menyangkut kejadian yang akan datang, bisa karena perbuatan masa lalunya (melanggar larangan-Nya) dan gelisah berharap sesuatu. Kegelisahan dalam hati merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dialami oleh siapa pun. Hal tersebut memang bagian dari kodrat yang dimiliki setiap manusia.

Hati tenang dan gelisah merupakan kuasa-Nya, oleh karena itu seseorang hendaknya berupaya dan memohon pada-Nya agar diberikan ketenangan hati. Sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Fath ayat 4 yang artinya, "Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia: Dia-lah Allah Yang menurunkan ketenangan pada hati orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasulullah SAW di hari Hudaibiyah, hati mereka pun menjadi tenang, keyakinan bersemayam kokoh di dalamnya, agar pembenaran mereka kepada Allah SWT dan sikap mereka mengikuti Rasul-Nya semakin bertambah di samping pembenaran dan sikap mengikuti mereka yang sudah ada. Hanya milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, yang dengan mereka Allah memenangkan hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah Maha Mengetahui kebaikan hamba-hamba-Nya, Mahabijaksana dalam pengaturan dan penciptaan-Nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegelisahan timbul disebabkan karena berlebihnya kebutuhan, seperti ingin memiliki harta yang banyak (berharap hidupnya nyaman), berkedudukan (banyak posisi penting dan cinta kedudukan) dan menginginkan ketenaran. Semua keinginan ini selalu diikuti dengan hati yang gelisah. Jika suatu keinginan sudah di dapat maka ia inginkan yang lain dan ada rasa takut kehilangan apa yang sudah di dapat. Tahukah kalau seseorang yang cinta kedudukan adalah ia menuju kehinaan. Allah SWT berfirman dalam surah al-Qashash ayat 83 yang artinya, "Rumah akhirat itu Kami ciptakan untuk orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi dan tidak (menginginkan) kerusakan."

Makna ayat ini: Orang yang mencintai kedudukan dan pangkat itu adalah orang yang hatinya telah dikuasai hasrat terhadap jabatan, sebagaimana hati orang yang mencintai harta telah dikuasai oleh hasrat untuk memiliki segalanya. Tidak cukup mempunyai rumah besar dan mewah, tidak cukup punya satu mobil mewah dan tidak juga cukup punya beberapa jabatan strategis. Ingatlah bahwa pangkat dan kedudukan dunia merupakan salah satu tujuan yang diinginkan banyak orang.

ADVERTISEMENT

Ketahuilah bahwa seseorang itu diuji dengan kecintaan pada jabatan maka setiap saat hatinya akan dipenuhi hasrat terhadapnya dan terus berupaya memburu untuk meninggikan kedudukannya. Berkedudukan itu nikmat sekali jika digunakan sebagai wasilah untuk menggapai keridhaan-Nya. Hal yang berbeda jika kedudukan tersebut digunakan untuk mengumpulkan harta kekayaan, memperluas kekuasaan, menikmati sanjungan, semua ini adalah sia-sia karena engkau telah (otw) menuju kehinaan. Seseorang dengan kedudukan tinggi pun tidak lepas dari kesalahan karena hasrat (nafsu yang mengendalikan). Banyak contoh terjadi yang kita saksikan bersama, seperti pimpinan kementerian yang tergelincir hingga beralih tidur dari rumah dinas/pribadi ke rumah negara.

Ia terus berusaha agar masyarakat mengenal dan mencintainya, mengikuti dan menjadikannya penguasa. Ini sebenarnya menuju kepada bahaya riya dan kemunafikan. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW mengibaratkan orang yang cinta pada harta dan pangkat laksana dua serigala yang berkumpul di tempat gembala kambing. Ingatlah sabda beliau adalah, "Sesungguhnya (cinta jabatan) bisa menumbuhkan kemunafikan, seperti air yang menumbuhkan tanaman."

Bagaimana agar hati tidak gelisah? Maka lakukanlah langkah-langkah untuk menghilangkan rasa cinta pada jabatan maupun harta kekayaan. Ada dua jalan yang bisa dilakukan:

1. Dengan Ilmu. Tujuan ilmu itu adalah penguasaan hati, jika kau berhasil menguasai hati maka ia akan mati dengan selamat.
2. Dengan Amal. Melakukan tindakan dengan mengasingkan diri dan merendahkan diri. Sebab, jika seseorang menetap di negerinya maka ia tidak bisa melepaskan diri dari penyakit riya dan hasrat untuk menjadi orang terkenal (dikenal).

Sesungguhnya kegelisahan hati seseorang itu bermula dari terkikisnya keimanan. Sebagaimana yang kita tahu bahwa seseorang yang imanya lemah pasti hatinya akan merasa gelisah dan tidak tenang. Hal ini dikarenakan lemahnya iman yang berarti mengindikasi dia lupa terhadap Tuhan Yang Maha Pemberi pertolongan. Oleh karena itu segeralah kembali selalu mengingat Allah SWT dan menaati perintah serta menjauhi larangan-Nya.

Ya Allah, teguhkan iman kami agar tidak terpengaruh hasrat untuk mencintai dunia (kedudukan dan harta kekayaan) dan lindungilah dari bisikan setan yang selalu dan tidak putus asa untuk menggoda kami.

--

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads