Saat Emosi Tak Lagi Dipendam, Tapi Diperankan di Atas Panggung
"Created with heart. Performed to move yours with art." sepenggal kalimat yang merepresentasikan Jakarta Art House, komunitas teater musikal yang berambisi menjadi rumah, panggung, dan ruang aman untuk generasi muda mengeksplorasi dunia seni, terutama pertunjukan.
Dibentuk pada 2019, komunitas ini terus melebarkan sayap dengan memproduksi banyak karya positif. Dalam Instagramn @jktarthouse yang telah diikuti lebih dari 40 ribu orang, Jakarta Art House rutin membagikan informasi acara, mengadakan audisi, hingga menyapa pecinta seni.
Otak Dibalik Jakarta Art House
Empat orang berlatar belakang seni dengan perjalanan yang berbeda bertemu dalam satu pikiran dan mimpi, lalu berakhir dengan tercetusnya Jakarta Art House. Ini dia sekilas biografi mereka yang menarik untuk disimak.
1. Fadli Hafizan
Pecinta teater dan vokal ini memulai debut aktingnya pada 2014 melalui iklan, serial, dan film. Ia menjadi aktor utama dalam pertunjukan teater paduan suara di Austria pada 2019 yang memenangkan medali emas pada kategori Show Choir Folklore.
Di tanah air, dirinya telah unjuk diri di berbagai music, termasuk Janji Soekma karya Teater Abnon dan Musikal Keluarga Cemara.
Selain di panggung,Fadli memimpin sebuah grup manajemen bakat dan pertunjukan bernama Cantalevia.co dan aktif sebagai pengajar Komunikasi Seni Pertunjukan dan Kewirausahaan Dasar di Institut Komunikasi & Bisnis LSPR.
2. El Haq Latief
El Haq Latief adalah aktor Indonesia yang tinggal di London, Inggris. Ia pernah tampil dalam CABARET di West End London dan menjadi salah satu orang Indonesia pertama yang mewarnai panggung prestisiusWest End.
Pada 2023, ia lulus dari Royal Academy of Music. Karya-karyanya antara lain Carousel, Jekyll & Hyde, Our Town, Colored Lights: Kander & Ebb Tribute.
Di Indonesia, dirinya juga menghasilkan karya seperti West Side Story dan Dreamgirls oleh Jakarta Performing Arts Community, HAIRSPRAY oleh TEMAN Musikal, dan NURBAYA oleh Indonesia Kaya.
3. Aldy Inzaghi
Awlanya Aldy adalah dosen salah satu lembaga pendidikan komunikasi terkemuka di Jakarta. Kemudian ia terjun ke dunia seni pertunjukan pada 2015. Berkat arahan sutradara visioner Fonnyta Amran, ia berkembang bukan hanya sebagai pemain, tetapi menjadi maestro multi talenta.
Kecintaannya terhadap seni telah ditumpahkan dalam berbagai panggung, seperti HAIR the Musical sebagai George Berger pada 2018, terlibat dibalik layer sebagai Cast Manager (West Side Story, 2017, JPAC), Produser (The Jungle Book in Ballet, 2024, IDCO), dan Head of Ticketing (Masih Ada, 2024, ADPRO), turut serta dalam berbagai karya teater LSPR dari tahun 2019 hingga 2023, Stage Manager (Polarisasi Musikal, 2024, Da Lopez Ent.), dan lainnya.
4. Dinda Lisa Reideka
Wanita asal Bangka Belitung ini menyukai dunia tari sejak usia tiga tahun. Ia memperkenalkan tarian tradisional Indonesia di berbagai kota dan meraih banyak penghargaan.
Karena kegigihan dan prestasinya, ia menjelma direktur konser dan koreografer terkemuka untuk acara-acara nasional dan perusahaan ternama.
"Menganggur" merupakan kata yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan seninya yang penuh semangat dan senantiasa kreatif.
Sejumlah Karya Besar Jakarta Art House
1. Mamma Mia! The Musical Re-Run
Bukan sebatas pementasan, pertunjukan ini menjadi reuni kegembiraan, gemerlap, dan seluruh hati menarik bersama.
Dipersembahkan untuk setiap anak yang tumbuh seraya melihat ibu mereka bernyanyi sebagai pemenang atas segalanya dalam hidup. 14.256 tiket habis terjual dalam 15 pertunjukan.
Mamma Mia! The Musical Re-Run. Foto: Instagram @jktarthouse |
2. Catch Me If You Can The Musical
Sebuah pertunjukan Broadway klasik yang berubah menjadi tontonan mendebarkan ala budaya Jakarta. Tampak setiap penipu menyembunyikan kerinduan untuk menjadi bagian dari masyarakat dan hidup dalam warna-warni.
Empat pertunjukan telah berlangsung live dengan 2.500 lebih penonton. Diperankan dengan sederet nama terkenal seperti Andovi Da Lopez, Andreas Lukita, dan Bukie Mansyur.
3. Aku Kaluna
Diadaptasi dari film Home Sweet Loan dengan Visinema dan Indonesia Kaya. Berkolaborasi dengan Yunita Siregar, film tersebut kembali diceritakan dengan emosi yang lugas, kekuatan yang tenang, dan merefleksikan pertarungan yang dihadapi dengan diri sendiri dan hal-hal yang terjadi di luar kendali.
4. The Jungle Book dengan Indonesia Dance Company
Kisah di atas panggung ini menghidupkan kembali hutan lewat gerakan dan ritme yang mengajak penonton menyadari bahwa setiap anak masih mempunyai jiwa liar dalam dirinya.
5. Alunan Hati dengan Saff & Co
Kelembutan, kejujuran, pertanyaan-pertanyaan yang nihil terlontar tapi nyatanya selalu kita rasakan mengalir dalam gerakan yang ditampilkan dalam pentas ini.
6. Relung Rasa
Pertunjukan ini mengajak penonton untuk merasakan, merenung, dan membebaskan. Relung Rasa menyingkap ruang untuk cerita-cerita yang kerap terkubur sebagai kesedihan, kerinduan, dan ketahanan.
Mengutarakan rasa melalui gerakan menjadi jalan yang dipilih sebagian orang. Jakarta Art House membuktikan kalau seni pertunjukan tak sekadar hiburan, tapi bisa menjadi cara untuk sembuh dari luka atau menghidupkan hal-hal yang sulit digambarkan lewat kata.
(com/com)
Terpopuler
Live TV
Kirim Tulisan
detikNews
detikFinance
detikInet
detikHot
detikSport
Sepakbola
detikOto
detikTravel
detikFood
detikHealth
Wolipop
DetikX
20Detik
detikFoto
detikEdu
detikHikmah
detikProperti
detikJateng
detikJatim
detikJabar
detikSulsel
detikSumut
detikSumbagsel
detikJogja
Pasang Mata
adsmart
detikEvent
Trans Snow World
Trans Studio
Flying Over Indonesia
berbuatbaik.id
ziswafctarsa.id
Bingkai.id
CNN Indonesia
CNBC Indonesia
Hai Bunda
InsertLive
Beautynesia
Female Daily
CXO Media 