Kisah Manti, Pensiunan Guru SD yang Hidupkan Tradisi Kidung di Bali

Ni Komang Ayu Leoan W - detikBali
Selasa, 25 Nov 2025 08:10 WIB
Potret Ni Nyoman Marsithi memegang piagam penghargaannya. (Foto: Leona Wirawan/detikBali)
Gianyar -

Ni Nyoman Marsithi, pensiunan guru sekolah dasar, dikenal sering menorehkan prestasi di bidang tarik suara. Bukan hanya mengharumkan namanya, perempuan 61 tahun itu juga berperan besar di balik capaian murid-muridnya dan para perempuan di desanya.

Semua bermula dari rasa jengah yang muncul saat ia mengajar di sekolah pertamanya, SDN 1 Manduang. Manti, sapaan akrabnya, menyesal melihat muridnya kehilangan kesempatan ikut Utsawa Dharma Gita karena tidak ada guru yang siap melatih.

Ia menyadari bahwa meski lulusan Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri (setara SMA) di Mataram, Nusa Tenggara Barat, dirinya belum benar-benar menguasai bidang tersebut.

"Saya sampai pulang kampung ke Desa Batuan, Sukawati untuk merekam suara orang yang bisa. Dari tape recorder, saya latihan. Akhirnya melatih murid berlomba kidung pertama kali tahun 1997 dan meraih juara 1 tingkat kabupaten. Dari sanalah saya merasa senang. Baru belajar sudah dapat juara 1, kemudian terus menempa diri," tutur Manti ditemui detikBali di kediamannya, Senin (24/11/2025).

Sejak itu, perempuan asal Banjarangkan, Klungkung, semakin aktif melatih muridnya setiap tahun. Meski dimutasi ke sekolah lain seperti SDN 1 Semarapura Kangin dan SDN 1 Gelgel, ia tetap meneruskan kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Konsistensinya selama 36 tahun membuat murid-muridnya berprestasi dari tingkat gugus hingga kabupaten.

Kemampuannya kemudian diminta oleh sekolah lain, seperti SMPN 1 Semarapura, SMPN 2 Semarapura, dan SMPN 3 Semarapura. Sekolah-sekolah itu berhasil meraih peringkat pertama lomba kidung tingkat provinsi sekitar 2017.

Perjalanan itu tidak mudah. Manti mengenang sulitnya mengajak anak-anak berlatih vokal lagu rohani-tradisional. Ia harus sabar mengikuti ritme dunia anak, termasuk bercanda dengan hal-hal yang mereka sukai.

"Anak-anak itu belum mengerti pentingnya lomba. Jadi latihan pun saya antar-jemput ke rumahnya. Mau dia tidur dulu, mandi dulu, saya harus sabar nungguin. Pas udah bisa juara, baru mereka ketemu titik senangnya. Terus saya ditanyain, 'Bu, kapan lomba lagi?' Dipeluk-peluknya juga saya," kenang Manti.

Simak Video "Video Keseruan Omed-omedan, Tradisi Turun Temurun di Bali Setelah Nyepi"


(dpw/dpw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork