Tawuran pecah di ruas Jl Diponegoro, Jakarta, di jam pulang kantor. Tawuran melibatkan suporter sepakbola The Jakmania dan mahasiswa UKI, keduanya saling melempar batu.

Entah apa yang ada di kepala siswa SMA ini. Saat ujian nasional tingkat SMA masih berlangsung, mereka malah tawuran. Tercatat ada 4 tawuran yang terjadi di Jakarta. Para pelajar membawa berbagai senjata tajam.

35 Siswa SMK membajak bus Mayasari Bhakti nopol B 7740 BK yang melintas di kawasan Grogol, Jakarta Barat. Siswa-siswa yang membawa pedang dan celurit ini memaksa sopir bus untuk melaju terus ke Kalideres.

Berbicara mengenai geng motor, kita teringat sebuah kisah Ali Topan Anak Jalanan. Cerita bersambung karya Teguh Esha yang dimuat di Majalah STOP, tahun 1972, kemudian difilmkan, tahun 1977, itu menggambarkan seorang anak yang menjadi korban metropolitan. 

Ujian Nasional (UN) belum usai, namun tawuran pelajar SMA sudah terjadi di dua lokasi di Jakarta. Para pelajar SMA terlibat perkelahian di Cawang dan Ciputat.

Terjadi bentrokan fisik antara ormas FBR dengan kelompok pemuda dari Indonesia Timur di Karawaci. Satu orang terluka akibat luka bacokan.

Sebelum Jakarta, aksi geng motor sudah membuat resah warga Bandung. Namun latar belakang geng motor di dua kota besar tersebut berbeda meski keduanya sama-sama kerap berbuat onar dan meresahkan warga masyarakat.

Aktifitas negatif sebagian generasi muda seperti tawuran dan geng motor, bisa ditangkal dengan penyediaan berbagai kegiatan positif bagi mereka. Satu di antaranya adalah pelatihan kewirausahaan yang bertujuan mencetak bibit pengusaha baru di masa mendatang.

Ditengarai setiap tahun 60 orang tewas akibat ulah geng motor di Jakarta. Polisi pun didorong untuk sigap dalam menindak memberantas geng motor yang meresahkan tersebut.

Kesal karena teriakan rombongan pengajian, warga menimpuki bus yang ditumpangi dengan batu. Beruntung, polisi tengah berpatroli saat kejadian, sehingga tawuran dapat dicegah.