Pemerintah Indonesia diminta bersikap atas insiden masuknya kapal milik Angkatan Laut (AL) Australia ke wilayah perairan Indonesia. Kapal AL Australia masuk ketika menghalau para pencari suaka.

Di tengah ketegangan soal pencari suaka, pemerintah Australia menyampaikan permohonan maaf. Maaf ini setelah insiden kapal AL Australia tak sengaja melanggar wilayah perairan Indonesia.

Partai Buruh yang beroposisi mendesak Pemerintahan PM Tony Abbott untuk menjelaskan laporan yang menyebutkan patroli Angkatan Laut negara itu mengeluarkan tembakan peringatan. Tembakan itu ditujukan kepada perahu pencari suaka sebagai upaya mengusir kembali perahu tersebut ke perairan Indonesia.

Australia menyatakan, jumlah pencari suaka yang tiba di Australia dengan perahu mengalami penurunan hingga 80 persen sejak digelarnya Operasi Kedaulatan Perbatasan. Hal ini juga dipicu oleh penurunan jumlah pencari suaka yang mendaftar ke kantor UNHCR di Jakarta dalam beberapa bulan terakhir.

Seorang pencari suaka dituduh mengeluarkan ancaman pemboman di dalam pesawat yang membawanya dari Perth ke pusat detensi imigrasi di Christmas Island, Australia.

Milyuner yang sekaligus menjabat sebagai anggota parlemen Australia, Clive Palmer, menyampaikan keinginannya berkunjung ke pusat detensi pencari suaka di Pulau Christmas untuk memastikan anak pencari suaka tidak kehilangan masa kecil yang bahagia.

Para pencari suaka yang mencoba mencapai Australia mengaku mendapat perlakuan buruk dari Angkatan Laut Australia yang mencegat kapal mereka. Mereka mengaku diejek sebagai "monyet dari Afrika."

Pemerintah Australia menolak memberikan komentar mengenai masalah pengembalian manusia perahu ke perairan Rote. Pemerintah Australia menolak mendiskusikan "masalah yang berkaitan dengan operasional" AL Australia.

Dua pria yang mengklaim sebagai pencari suaka di kapal yang dihalau balik oleh Angkatan Laut (AL) Australia baru-baru ini mengaku mereka diperlakukan kasar sebelum ditelantarkan di lautan oleh personil AL Australia. Meski sulit diverifikasi kebenarannya, namun keduanya berbagi cerita mengejutkan yang sama.

Pemerintah Australia berencana membeli 16 kapal penyelamat yang diduga akan dipakai sebagai alat untuk mengembalikan pencari suaka ke perairan Indonesia.