Polisi melakukan berbagai cara untuk menemukan petunjuk guna mengungkap kasus pembunuhan pengusaha keramik dan granit, Budi Hartono Tamadjaja (45). Salah satunya dilakukan dengan melihat rekaman CCTV di area yang dilalui pelaku.

Untuk mengungkap kasus kematian pengusaha keramik dan granit, Budi Hartono Tamadjaja (45), polisi kembali ke lokasi tempat dibuangnya mayat korban. Ini untuk mencari benda-benda lain yang mungkin bisa dijadikan petunjuk.

Kasus pembunuhan pengusaha keramik dan granit, Budi Hartono Tamadjaja alias Bing Bing yang dibuang di Pacet, diduga sudah direncanakan. Ada beberapa indikasi jika pembunuhan tersebut sudah direncanakan oleh pelaku.

Jenazah Budi Hartono Tamadjaja alias Bing-Bing (45) yang bertempat tinggal Perum Galaxy Bumi Permai dimakamkan Senin (29/12). Setelah ditemukan dibuang di Pacet, jenazah Budi disemayamkan di persemayaman Adi Jasa.

Mobil milik Budi Hartono Tamadjaja, korban pembunuhan yang mayatnya dibuang di Pacet, ditemukan di Terminal I Bandara Juanda. Tapi ada yang aneh dan mencurigakan dari mobil berplat nopol L 9347 VB. Plat mobil tidak sesuai.

Pengusaha Surabaya yang dibuang di Pacet, Budi Hartono Tamadjaja terlihat terakhir kali, Senin (22/12) saat keluar kantor. Menurut polisi, pria 45 tahun itu berpamitan hendak ngegym di pusat kebugaran Jalan HR Muhammad.

Pelaku pembunuhan pengusaha Surabaya yang dibuang di Pacet, Budi Hartono Tamadjaja (45) langsung menguras ATM begitu menghabisi korbannya. Nilai nominal Rp 10 juta dikatakan telah berkurang dari saldo rekening tabungan milik Budi.

Pembunuhan yang dilakukan terhadap Budi Hartono Tamadjaja (45) alias Bing-Bing membuat heran keluarganya. Budi dikenal sebagai pria yang baik, pemaaf dan diketahui tidak punya musuh.

Misteri keberadaan mobil Mazda BT 50 double cabin warna putih bernopol L 9347 VB yang raib setelah Budi Hartono Tamadjaja ditemukan tewas terungkap. Mobil itu ditemukan di Bandara Internasional Juanda.

Selain mobil Mazda BT 50 double cabin warna putih milik Budi Hartono Tanadjaja (45) raib, pelaku diduga menguras uang korban melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) hingga Rp 10 juta.