Sejumlah warga di wilayah hukum Polda Metro Jaya meninggal sia-sia akibat menenggak miras oplosan. Menyikapi hal ini, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono menginstruksikan jajarannya untuk menyisir kios-kios jamu yang diduga menjual miras ilegal.

Galih melangkah tertatih-tatih ke luar gedung UGD RSUD Sumedang. Pemuda berusia 23 tahun ini mesti dipapah seorang karibnya. Dia salah satu korban 'Ginseng', minuman keras (miras) tradisional.

Sudah banyak contoh korban tewas akibat menegak minuman keras oplosan. Namun, hal itu tidak membuat beberapa pemabuk lainnya takut. Buktinya, baru-baru ini 25 orang di Garut dan Sumedang tewas.

Miras oplosan bernama ginseng rupanya sudah masif penyebarannya di Sumedang, Jawa Barat. 108 orang dirawat dan 10 orang tewas karena menenggak campuran alkohol tingkat tinggi itu. 

Miras oplosan kembali memakan korban jiwa. Setelah sebelumnya 6 orang tewas di Pasar Rebo, Jakarta Timur, di Sukmajaya, Depok, tiga orang pria meninggal, diduga setelah menenggak miras oplosan.

Ginseng maut menelan korban 10 orang tewas di Sumedang, Jawa Barat. Minuman itu menjadi favorit mereka yang berkantung cekak untuk teler. Harga 1 liternya Rp 20 ribu. 

Miras oplosan memakan korban hingga 17 orang di Garut, Jawa Barat. Minuman yang diberi nama sang penjual cheribel itu memang laris manis. Tapi, racikan maut dengan alkohol tinggi itu menjadi pencabut nyawa.

Petaka miras oplasan di sejumlah wilayah Jabar telah menelan ratusan korban di mana puluhan di antaranya tewas. Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar menyatakan kejadian ini sudah masuk dalam kondisi darurat dan perlu peringatan serta pengawasan lebih.

Polres Sumedang sudah menahan peracik miras oplosan D. Dia sudah dua tahun membuka kios miras oplosan berbalut jamu. 

95 Warga masih menjalani perawatan di RSUD Sumedang, Jawa Barat. Mereka pasien kasus miras oplosan. Warga merupakan peminum langganan di warung jamu milik tersangka D.