Letusan Gunung Merapi pada 2010 ini merupakan yang terdahsyat sejak 1870. Material yang dimuntahkan Merapi setelah 3 November malam lalu diperkirakan mencapai hampir 100 juta meter kubik.

Sejumlah kali dan sungai yang berada di sekeliling gunung masih bisa menampung lahar dingin dan panas akibat erupsi Gunung Merapi. Namun Badan Geologi Kementerian ESDM memprediksikan sungai-sungai tersebut tidak mungkin bisa menampung seluruh lahar yang ada.

Dibanding pada 2006 lalu, letusan Gunung Merapi kali ini jauh lebih besar. Bahkan letusan Merapi tahun ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 140 tahun terakhir.

Komunikasi antar posko pemantau Merapi masih bergantung dengan HT (handy talkie). Ironisnya, frekuensi jalur komunikasi darurat ini beberapa hari terakhir diganggu oleh oknum dengan aksi ngejam-ngejam (jamming).

Merapi kian mengganas. Seiring bertambahnya jumlah pengungsi, bantuan bahan makanan terus mengalir. Relawan pun terus bahu membahu menolong para korban. Kini tak ada yang lebih efektif selain penyebaran infromasi lewat jejaring sosial.

Letusan Merapi berdampak luas dan jauh di luar dugaan semua orang. Akibatnya, para pengungsi berebutan masker yang terbatas jumlahnya. Pemerintah meminta masyarakat sabar.

Semburan awan panas Gunung Merapi telah memakan puluhan korban jiwa. Presiden SBY pun didesak untuk segera menetapkan status bencana nasional untuk Merapi. Status ini dinilai penting untuk meminimalkan korban.

Hingga menjelang siang ini, korban yang tewas akibat letusan Gunung Merapi terus bertambah. Hingga pukul 10.30 WIB, jenazah yang kembali masuk ke kamar forensik RS Sardjito bertambah 5 orang dan dan total jenazah saat ini berjumlah 54 orang.

Letusan Gunung Merapi telah mengakibatkan puluhan orang tewas dan terluka. Presiden SBY pun didesak untuk segera menetapkan status bencana nasional untuk Merapi.

Sungguh tragis! Korban tewas akibat letusan Gunung Merapi terus bertambah. Hingga pukul 08.45 WIB, korban di RS Sardjito, Jl Kesehatan, Sleman, bertambah 13 orang menjadi 49.