Letusan Merapi yang terjadi pukul 10.10 WIB dirasakan warga paling besar sejak Merapi mengalami erupsi pertama pada 26 Oktober 2010. Awan panas terlihat bergulung-gulung. 

Dampak letusan Merapi tidak hanya dirasakan masyarakat di wilayah selatan lereng Merapi, namun juga wilayah di barat dan utara gunung. Hal itu diakibatkan perubahan gerak awan panas.

Presiden SBY belum memastikan apakah akan mengunjungi korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta atau tidak. Informasi sementara yang diterima SBY, kondisi di Merapi sudah berangsur membaik.

Bencana merupakan fenomena alam yang apabila sudah sampai waktunya tidak ada daya dan kekuatan satu pun yang bisa menunda. Tapi, sebagaimana Sila pertama Pancasila, sebagai umat yang percaya, yakin bahwa di 'Balik Musibah Pasti Ada Hikmah'.

Meningkatnya frekuensi erupsi Gunung Merapi di Perbatasan Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berakibat pada naiknya jumlah pengungsi. Total pengungsi saat ini mencapai 66.500 jiwa.

Setidaknya telah terjadi erupsi tiga kali di puncak Gunung Merapi. Pos Babadan, salah satu pos pengamatan Gunung Merapi yang ada di Magelang, pun akhirnya ditutup.

Erupsi Gunung Merapi mengakibatkan jumlah wisatawan baik manca negara maupun dalam negeri di Candi Borobudur Magelang mengalami penurunan. Penurunan pengunjung di lokasi wisata tersebut mencapai 10 persen.

Menjadi pamong di desa rawan bencana seperti di lereng Gunung Merapi tentu banyak menguras tenaga dan pikiran. Tidak hanya itu, pamong desa pun harus siap tekor bila ada kekurangan.

Bantuan yang mengalir ke Kabupaten Sleman, khususnya di Posko Balai Desa Umbulharjo terus mengalir. Persediaan makanan untuk 7 hari ke depan pun dirasa aman. Namun warga pengungsian saat ini membutuhkan hiburan.

3.245 Anak yang merupakan pengungsi Merapi mendapatkan terapis psikologi selama di pengungsian. Program terapi psikologi ini dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) Kementerian Sosial bersama 17 lembaga lainnya.