Dulu, mungkin wilayah Bozem Moro Krembangan identik kotor, kumuh, dan rawan banjir. Namun, kini banyak perubahan yang terjadi di wilayah utara Kota Pahlawan ini.

DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Namun banyaknya orang yang terkena DBD justru membuat banyak orang menjadi kurang peduli. Padahal penyakit ini bisa mematikan.

Di saat cuaca yang tak menentu seperti saat ini, perlu diwaspadai berbagai penyakit yang membayang-bayangi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue (DBD).

Melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), DKI Jakarta menargetkan bebas demam berdarah pada tahun 2020. Target ini diyakini bisa tercapai jika melihat kisah sukses yang pernah dialami negara lain, yakni Kuba.

Masihkah Anda mengenali Aedes Aegypti? Ya, jenis nyamuk ini khususnya Aedes Aegypti betina adalah penyebab dari Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kasus demam berdarah (DBD) di Indonesia meningkat tajam sejak 2013. Hal ini diakuui oleh John Marbun Ketua Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu kasus penyakit yang masih banyak terjadi di masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi akibat kurangnya perhatian masyarakat pada kebersihan lingkungan khususnya genangan air di sekitar rumah.

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Banyaknya orang yang terkena malaria masih belum bisa meningkatkan kesadaran sebagian besar masyarakat untuk mau menjaga lingkungannya.

Pemukiman warga di Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading mulai dikeluhkan dengan masuknya penyakit demam berdarah di kawasan mereka. Bahkan salah seorang warga bernama Joko Susilo (14) meninggal akibat penyakit ini.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep harus bekerja ekstra melakukan pencegahan makin mewabahnya demam berdarah (DB). Di bulan Januari 2013 saja penderita DB capai 140 orang, 2 diantaranya meninggal dunia.