Bulan Ramadhan telah lewat. Bulan suci yang mensucikan. Pasca Ramadhan, itu semua bisa dirasakan oleh hati kita. Peningkatan rasa di hati menambah kepekaan hati kita. Kepekaan hati terkait juga dengan seberapa besar dosa-dosa yang kita lakukan.

Bila ada masalah sibuklah memeriksa diri, dosa apa yang mengundang datangnya masalah tersebut. Jangan lebih sibuk dengan kemampuan diri dan orang lain. Dan berpikirlah bagaimana caranya agar Allah senantiasa menolong kita.

Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung mengunjungi, saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan itu makna silaturahim sesungguhnya.

Maukah kita diberi segelas susu murni, namun di dalamnya ditetesi sedikit kotoran? Tentu kita tidak akan mau. Demikian pula apabila kita beramal. Belum tentu diterima oleh Allah SWT, jika niatnya tidak benar-benar ikhlas karena Allah SWT. Maka dari itu, perlu kita mulai lebih serius lagi memeriksa setiap niat ibadah kita.

Ramadan sudah berakhir. Tujuan dari ibadah shaum Ramadan adalah menjadi orang yang bertakwa. Derajat orang yang bertakwa adalah orang yang palling mulia di sisi Allah SWT. Lalu bagaimana arti kemuliaan sejati dan jika dihubungkan dengan pandangan mengenai hal-hal duniawi.

Salah satu tujuan diutusnya nabi agung Muhammad Saw adalah agar manusia sampai kepada kesempurnaan, sampai kepada Allah SWT, benar-benar bertauhid, tiada yang ditujunya hanya Allah SWT. Mampu menatap dan berpaling kepada penciptanya.

Idul fitri memiliki makna kembali kepada kesucian atau kembali kepada asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci.

Di antara umat Islam banyak yang mengoptimalkan ibadahnya dengan doa-doa di sepuluh hari terakhir ini, di antaranya terselip doa meminta kekayaan berlimpah. Memang banyak orang tentunya ingin memiliki harta yang berlimpah.

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah SWT yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagi berikut :

Di antara pelajaran yang bisa kita peroleh dari ibadah itikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan ini adalah bisa berkumpul dengan sesama umat Islam yang memiliki visi yang sama untuk bisa menjalankan sunah Rasul saw fokus dalam ibadah.