Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) mendapatkan jatah mengimpor kedelai sebesar 125.000 ton di 2013.

Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso ingin alokasi impor kedelai ditambah oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Perum Bulog berkomitmen untuk menyerap 25.841 ton kedelai lokal pada tahun 2013. Jumlah itu memang relatif lebih rendah daripada jatah kuota impor kedelai yang diperoleh Bulog.

Perum Bulog hari ini menjual 20 ton kedelai melalui lelang kepada perajin tahu tempe dengan harga Rp 8.100/Kg atau lebih murah dari kedelai impor.

Kini, ukuran tahu dan tempe di pasaran makin mengecil dengan harga lebih mahal dari sebelumnya, pasca aksi mogok produksi para perajin.

Hari ini, para pedagang tahu dan tempe kembali berjualan setelah sempat tak mendapat pasokan dari perajin karena aksi mogok produksi.

Mogoknya produksi tempe dan tahu selama 3 hari membuat pedagang kecil harus mengelus dada. Pasalnya, selama tidak berjualan, mereka tidak mampu memberi uang saku anak-anaknya. Bahkan makan pun seadanya.

3 Hari mogok produksi tahu dan tempe, hari ini sebagian pedagang di Pasar Porong dan Pasar Larangan Candi Sidoarjo, mulai menunjukkan geliatnya. Mereka mulai menggelar dagangan tahu dan tempe sejak pagi. Alhasil, pembeli pun berebut.

Mendag Gita Wirjawan menegaskan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor tak terlepas dari rendahnya produksi kedelai di dalam negeri.

Para perajin tempe dan tahu lebih menyukai kedelai impor daripada kedelai lokal. Kenapa?