Banyaknya korban jiwa dalam bencana tanah longsor di Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut) dituding karena kesalahan pemerintah kabupaten. Sebab para korban merupakan para pengungsi yang dipaksa untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun naas, saat kembali, justru terkena longsor.

Bencana yang datang bertubi-tubi di Sumatera Utara (Sumut) sementara jarak antarwilayah yang terkena bencana demikian jauh, menyebabkan Pemerintah Provinsi Sumut kelimpungan.

Bencana banjir yang terjadi di beberapa daerah di pulau Sumatera belum berdampak terhadap perekonomian khususnya inflasi nasional.

Dephub menyiapkan dua unit kapal roll on roll of alias kapal roro untuk membantu penanganan bencana banjir di NAD dan Sumatera Utara.

Korban tewas akibat bencana tanah longsor di Muara Sipongi, Mandailing Natal terus bertambah. Hingga saat ini, 21 orang ditemukan tewas.

Sumatera Utara ditetapkan sebagai Pusat Penanggulangan Krisis Regional I, membawahi lima provinsi di Sumatera.

Lokasi bencana banjir di NAD sulit dijangkau dengan jalan darat. Pesawat dan helikopter TNI pun dikerahkan untuk mengangkut bantuan.

Upaya pencarian korban tewas akibat bencana tanah longsor di Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumut, masih berlangsung. 20 Korban tewas sudah ditemukan.

Menyusul bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Langkat, Pusat Penanggulangan Bencana (P2B) DPW PKS Sumut mengirimkan 160 relawan.

Sebanyak 16 korban tewas sudah berhasil dikeluarkan dari dalam timbunan tanah akibat banjir di Kabupaten Mandailing Natal.