Pemerintah Republik Indonesia dengan segenap kementrian yang mendukungnya menjadi harapan para pelaku seni musik. Namun sayang, soal lagu anak-anak yang semakin krisis, pemerintah tak bisa berbuat banyak.

Desember diramaikan dengan single spesial musim dingin dari para idola KPop. Lagu-lagu bernuansa natal tersebut itupun mewarnai sepuluh besar chart mingguan detikHOT KPop pekan ketiga Desember ini.

"Video killed the radio star.." Ya, potongan lirik dari The Buggles itu seolah memberi sinyal bahwa tiap perkembangan zaman tentu akan ada hal-hal yang ditinggalkan dan menjadi artefak. Kini, era digital sudah akrab dengan sebagian besar masyarakat kota. Walhasil, semua memang jadi lebih praktis dan instan. Termasuk untuk kebutuhan akan musik.

Kejatuhan masa keemasan industri musik secara global tak pelak berdampak juga pada industri di Tanah Air. Tak terbendungnya pembajakan, tutupnya toko musik terbesar di Indonesia serta transisi strategi penjualan album menuju digital pun sempat membuat band punk rock Superglad putus asa.

Tak butuh waktu lama bagi ADA Band untuk mencapai nilai penjualan maksimal untuk album barunya 'Masa Demi Masa'. Tercatat dirilis pada April 2013, sampai bulan Juli kemarin ADA Band berhasil mencapai penghargaan 10X Platinum Award.

EXO kembali meraih sukses dengan penjualan albumnya. Baru-baru ini, album spesial natal yang dirilis 9 Desember lalu 'Miracles in December' telah berhasil terjual hampir 200 ribu kopi.

Meski penjualan CD musik tengah 'tiarap' ternyata masih banyak musisi Indonesia yang masih terus mencoba konsisten merilis album. Seperti halnya pedangdut Fitri Carlina.

Band rock Powerslaves punya cara sendiri untuk menunjukan rasa nasionalisme. Berdiri selama belasan tahun, Powerslaves bisa menjaga eksistensinya dengan mengusung 4 pilar di Indonesia dengan album yang juga berjudul '4 Pilar'.

Evolusi industri musik secara nyata mengubah budaya konsumen global. Konsumen musik semakin jarang menelusuri rak demi rak di toko kaset dan CD hingga akhirnya toko-toko tersebut berguguran

Sebagai seorang musisi, bukanlah hal yang aneh jika mereka mempunyai toko musik langganan yang menjadi tujuan para musisi tersebut kala berburu bahan referensi. Penutupan toko kaset dan CD Aquarius Mahakam, menjadikan gitaris grup band Nidji, Rama, kehilangan tujuan itu.