KPK siap pasang badan untuk Novel Baswedan. Bukan apa-apa, Novel merupakan salah satu penyidik terbaik KPK. Dia yang membongkar kasus dugaan korupsi simulator SIM di Korlantas.

KPK mengungkap kejanggalan dalam kasus pidana yang dituduhkan atas penyidik kasus Korlantas Novel Baswedan oleh Polda Bengkulu. Yang utama, laporan baru dibuat 1 Oktober 2012. Kejadian sudah terjadi 8 tahun lalu.

Novel Baswedan, penyidik Polri yang bertugas di KPK ini tiba-tiba mencuat setelah penyidik Polda Bengkulu dan Polda Metro Jaya hendak menangkapnya di KPK. Sebagai seorang perwira, dia memiliki motivasi; berkontribusi di negeri yang hancur.

Langkah polisi yang memburu Kompol Novel Baswedan, penyidik KPK kasus simulator SIM membuat publik bertanya-tanya. Kenapa kasus yang terjadi 8 tahun lalu, seolah-olah diungkit lagi.

Sekitar 200 warga Yogyakarta bergandengan tangan membentuk rantai manusia sebagai bentuk dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rantai manusia ini dimulai dari Tugu Yogyakarta hingga ke Gedung Agung.

Kasus penembakan terhadap enam pencuri sarang burung walet di Bengkulu delapan tahu berlalu. Kasus yang melibatkan Kompol Novel Baswedan kembali mencuat di tengah kasus penyidikan Simulator SIM Korlantas Polri.

Hingga Minggu (7/10/2012) ini, suasana di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, terlihat sepi. Tak terlihat pegawai KPK yang biasanya beraktifitas di gedung ini.

Pembicaraan seputar persoalan hukum di tanah air selama tiga hari terakhir merujuk ke satu nama: Novel Baswedan. Novel turut beradu mulut dengan polisi berpangkat lebih tinggi darinya saat menggeledah Korlantas 30 Juli silam.

Hubungan KPK-Polri sedang di fase sensitif seiring pengusutan KPK terhadap Irjen Djoko Susilo. Jadi dirasa aneh bila kemudian Kapolri tidak mengetahui aksi anak buahnya menyatroni KPK untuk menjemput Kompol Novel Baswedan. Apakah ada dualisme di tubuh Polri?

Tak cuma pegiat antikorupsi yang mengecam tindakan Provost dan perwira Polri yang mendatangi gedung KPK untuk menangkap Kompol Novel Baswedan pada Jumat (5/10) malam. Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Prof Adrianus Eliasta Meliala juga tidak sepakat.