Pejabat maupun public figure sering menjadi sorotan masyarakat. Tingkah laku dan tata bahasa mereka dinilai bait demi bait. Untuk itu, mereka harus lebih berhati-hati agar insiden Bambang Soesatyo yang dinilai mengeluarkan statemen rasis tidak terulang.

Menko Perekonomian, Hatta Rajasa enggan mengomentari kritik Bambang Soesatyo yang bernada rasis terhadap Mendag, Mari Elka Pangestu. Hatta meminta semua pihak fokus pada masalah kecelakaan pesawat MA 60 dan bukan berpolemik.

Sekjen Golkar Idrus Marham menanggapi ucapan rasis yang diajukan anggota DPR dari Golkar, Bambang Soesatyo. Idrus meyakini ucapan Bambang kepada Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu hanya main-main belaka.

Kritik anggota DPR Bambang Soesatyo kepada Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengenai pembelian pesawat MA-60 dari China dinilai kurang proporsional dan profesional. Kritik seharusnya ditujukan murni pada prosedur pembelian, bukan menjurus SARA.

Bambang Soesatyo dikenal sebagai politisi yang kritis. Gara-gara kritik SARA ke Mendag Mari Pangestu, Bambang mendapat sorotan. Jika dia tak minta maaf terkait kritiknya, Bambang tak akan lepas dari belitan catatan moral.

Bambang Soesatyo tak mau meminta maaf terkait kritik yang berbau SARA kepada Mendag Mari Elka Pangestu. Bambang meminta Marie tak lagi mendahulukan kepentingan China.

Politisi Golkar Bambang Soesatyo melemparkan kritik SARA untuk Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu terkait pengadaan pesawat MA 60 dari China. Kritik itu dinilai tidak etis dan harus segera dicabut.

Anggota Komisi III DPR dari Golkar, Bambang Soesatyo, mengkritik pemerintahan SBY-Boediono. Sampai-sampai ia melepaskan pernyataan tidak mengenakkan untuk Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu.

Keterlibatan Mendag Mari Elka dan 2 pejabat pemerintah dalam tim ekonomi bilateral dengan China adalah untuk membahas soal Gas Tangguh, bukan soal pembelian pesawat.

Pejabat Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan disebut-sebut ikut andil dalam perundingan pengadaan pesawat Merpati jenis MA-60 asal China.