Usai Pemilu Legislatif (pileg), Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) lebih banyak berdiam diri. Ketika sejumlah tokoh telah kasak kusuk, JK 'memilih' untuk cooling down. Ke mana arah politik JK tertuju?

Target PPP dalam Pemilu Legislatif 2009 ini 15 persen suara nasional. Nyatanya berdasarkan hasil quick count, PPP hanya mampu mencapai 5 persen. Elit PPP mengusulkan segera dilakukan muktamar luar bisa (MLB).

PPP masih belum menentukan koalisi dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2009 Juli mendatang. Kalangan internal partai berlambang Kabah itu juga belum kompak mengenai capres yang akan diusung.

Ketua DPP PDIP Tjahjo Kumolo memastikan rencana pertemuan ketua umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dengan ketua umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla batal digelar. Tidak ada keterangan pasti dari batalnya pertemuan kedua tokoh ini.

Perseteruan antar elit di tubuh PPP semakin meningkat pasca pemilu legislatif 2009. Permintaan sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz agar PPP kembali merapat ke SBY sepertinya tidak digubris oleh Ketua umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA).

Kekalahan Partai Golkar diperkirakan kian menyulut sumbu konflik di partai beringin itu. Rapimnas khusus yang akan digelar akhir April nanti bakal jadi penentu nasib ketua umum Partai Golkar JK.

"Rasanya yang paling rill adalah berduet dengan SBY. Kalau tidak berduet dengan SBY, kemungkinan akan pulang kampung lagi jadi pengusaha," begitulah prediksi untuk JK.

Hasil perhitungan cepat atau quick count menyeret Golkar ke posisi ketiga setelah Partai Demokrat dan PDIP. Sejumlah elit Golkar menginginkan JK kembali berkoalisi dengan SBY. Keputusan akan diambil di forum Rapimnasus Golkar.

Banyak elit Partai Golkar yang menginginkan JK kembali merapat ke SBY. Akibatnya, ruang pertarungan capres 2009 akan kembali pada peta Pilpres 2004 putaran kedua, duel maut SBY melawan Megawati.

“Demokrat Dapat Nangkanya & Golkar Dapat Getahnya”. Runtuhnya suara Partai Golkar di Pemilu 2009 telah diprediksi banyak pihak. Sejumlah lembaga survei papan atas secara konsisten menempatkan Golkar di kelas tiga besar sejak awal 2009 lalu. Kini, teka-teki itu terjawab sudah.