Akhir-akhir ini kata 'minyak' bisa jadi sangat sensitif. Apalagi kalau bukan soal harganya yang selalu membumbung naik. Padahal minyak sangat penting bagi hajat hidup orang banyak.

Pagi ini saya kok tiba-tiba merasa seperti terserang tempe blue. Perasaan tak keruan karena tempe. Ini pasti karena saya tergolong sebagai penggila tempe. Terus terang saya agak kaget saat mendengar berita para perajin tempe dan tahu se-Jabodetabek benar-benar akan berdemo di depan Istana Negara!

Melintasi daerah pinggiran Magelang tiba-tiba mata saya dimanjakan oleh deretan pohon turi yang menjulang semampai. Berderet rapi di pinggir pematang sawah sambil memamerkan kuntum-kuntum bunganya yang putih mengayun lembut ditiup angin.

Hidangan home cooking gaya Semarangan ini memang melipur rasa kangen kampung. Bukan hanya racikan hidangan yang miroso tetapi juga penuh ranjau. Dari sayur gudeg yang gurih legit wangi sampai sambil sambal tempe yang puuedesss, membuat kami berlelehan keringat dan makan lagi dan lagi!

Kalau anda pas ke BSD, coba singgah di Pasar Moderennya (BSD, jangan keliru dengan Pasar Moderen Gading Serpong) yang dekat dengan Sate Balibul di seberang gereja St. Ursula. Cari Gudeg Krecek cah Solo, pasti anda ketagihan kalau sudah coba sekali!

Gudegnya enak dan murah: lengkap pakai telur dan ayam opor hanya Rp 10.000,-. Tahu bacem dan tempe bacemnya enak, pas! Telur pindangnya top! Juga ada nasi liwet (nasi ayam, kata orang Semarang), nasi langgi, nasi pecel.

Pecel ini cocok untuk sarapan. Lauk pelengkapnya bisa dipilih sesuai selera. Bisa empal daging, mendol tempe, tempe bacem atau satai kerang. Jika suka aroma wangi, tambahkan irisan kecombrang dan daun kunyit yang direbus.

Tempe bacem