Tim kampanye nasional JK-Wiranto benar-benar gerah dengan pengumuman hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menempatkan pasangan bernomor urut 3 ini hanya mendapat 7 persen. Hasil survei internal JK-Wiranto menunjukkan angka yang signifikan, sekitar 35-40 persen.

Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menempatkan pasangan SBY-Boediono masih tertinggi popularitasnya dibanding pasangan yang lain. Isu neoliberalisme yang menyerang Boediono terbukti tidak berpengaruh apa-apa kepada SBY.

Setelah PDIP, kini giliran Gerindra yang mengecam hasil survei LSI dimana pasangan SBY-Boediono ditempatkan sebagai pemenang dengan perolehan suara lebih dari 70 %. Partai Gerindra menilai hasil tersebut hanyalah black campaign untuk kandidat lain.

Ketua DPP PD Anas Urbaningrum meminta agar apapun hasil survei yang dilakukan lembaga survei hendaknya bisa diterima dengan lapang.

Tim SBY-Boediono tegas membantah survey LSI yang memperkirakan kemenangan 70 persen sebagai pesanan. Pihak kompetitor lebih baik melakukan introspeksi.

Partai Demokrat (PD) mensyukuri hasil survey LSI yang memperkirakan bahwa SBY-Boediono akan menang telak dalam Pilpres 2009. Namun jangan sampai ini membuat tim pemenangan terlena.

Tudingan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) dibiayai Fox Indonesia tidak dibantah Partai Demokrat (PD). Namun PD berkilah konsultan politik itu tak terkait dengan partai.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) tidak membantah jika surveinya dibiayai pihak tertentu. Lembaga survei ini mengakui jika survei yang menempatkan SBY-Boediono sebagai pemenang pilpres dengan 70% suara dibiayai oleh Fox Indonesia.

Tim Sukses Mega-Prabowo melakukan survei internal sebagai bahan evaluasi. Dari survei yang dilakukan 28 Mei-2 Juni 2009 kepada 1500 responden di 33 provinsi, hasilnya perbedaan antar calon hanya 10 persen, tidak seperti hasil LSI.

Tim Megawati-Prabowo menolak hasil survei LSI (Lembaga Survei Indonesia) yang menempatkan SBY sebagai pemenang pilpres. Survei LSI dituding sebagai pesanan tim sukses SBY-Boediono.